JAKARTA, Titik Kumpul – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri akhirnya buka suara terkait viralnya permasalahan mobil yang mengalami kerusakan pompa bahan bakar yang diduga disebabkan oleh bahan bakar Pertamax. Simon tidak melihat hal ini sebagai ancaman bagi Pertamina.
Sebelumnya, video yang diunggah akun X @List3a_ memperlihatkan beberapa mobil rusak sedang diperbaiki di pabrik Daihatsu Cibinong. Staf bengkel juga melihat perpindahan Pertamax dari tangki bahan bakar mobil menjadi liter.
Atas viralnya video tersebut, Pertamina Patra Niaga melakukan penyelidikan internal, mulai dari verifikasi kualitas Pertamax di SPBU di SPBU tersebut. Selain mengkoordinasikan pertemuan tersebut, Pertamina Patra Niaga juga menggandeng Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB.
Hasil uji laboratorium Pertamina menunjukkan kualitas Pertamax cukup baik dan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Departemen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Menurut Simon, hasil Pertamax lolos uji standar.
“Terkait yang tersebar kemarin, dari pihak pertamina juga kami melakukan uji sampel ke beberapa SPBU di Cibinong, dan kami bekerja sama dengan LAPI ITB, dan dari Lemigas. Tentunya setelah dilakukan pengecekan parameter dan standarnya. uji standar untuk digunakan sebagai bahan bakar,” kata Simon saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, kemarin.
Selain itu, Simon menegaskan pihaknya tidak nyaman dengan masalah tersebut. Pertamina terus menerima masukan dari masyarakat untuk meningkatkan operasional dan layanannya, serta tidak melihat situasi virus ini sebagai ancaman.
“Jadi kami tidak melihat ini sebagai ancaman atau bisa dibilang, misalnya ada berita yang menyesatkan, penyerangan terhadap reputasi Pertamina, bagi kami tidak, karena yang diuntungkan dari semua ini adalah rakyat. Apa yang kita lakukan, kita kurangi, kita tingkatkan – perbaikan itu perlu, agar semua yang kita terima dari masyarakat bisa kita tanggapi semaksimal mungkin,” tuturnya.
Simon menegaskan, pihaknya melaksanakan pengujian tersebut bekerja sama dengan lembaga sertifikasi nasional dan internasional. Meski demikian, Simon mengatakan pihaknya akan terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas bahan bakar tersebut.
“Jadi kami tidak membela diri bahwa kualitas bahan bakar kami sudah sesuai standar, yang berbicara adalah kebenaran dan hasil ilmiah, namun tentunya kami akan terus berbenah dan meningkatkan kualitas produk-produk pertamina agar begitu, apapun saran yang kami dapat dari masyarakat “akan kami terima sebaik mungkin,” pungkas Simon.
Pakar konversi energi ITB, Bapak Tri Yuswidjajanto Zaenuri sendiri, mengeluarkan pernyataan tentang viralnya mobil di Cibinong. Menurut dia, banyaknya lumpur di tangki bensin menyebabkan mobil kehilangan tenaga karena menutup filter sebelum bahan bakar masuk ke pompa.
Tri melalui tim LAPI ITB kemudian membawa sampel sedimen tersebut ke laboratorium untuk diperiksa dengan metode EDS (Energy-Dispersive X-ray Spectroskopi) untuk mengetahui komposisi unsurnya.
Hasil uji EDS tersebut dibandingkan dengan hasil analisa fisika dan kimia yang dilakukan tim Lemigas terhadap bahan bakar Pertamax dari beberapa SPBU yang diduga menjadi sumber Pertamax bermasalah.
Tampaknya senyawa sedimen tersebut tidak ditemukan pada bensin yang diuji, kata Tri (Pertamax).
Dari hasil penelitian tersebut akhirnya diduga bahan anti korosi biasanya digunakan sebagai pelapis tangki bahan bakar berbahan logam, mengingat pelapis tersebut biasanya terbuat dari paduan unsur-unsur yang terdeteksi pada analisis EDS.