Titik Kumpul – Dalam upaya menciptakan lingkungan kampus yang aman dan nyaman, Universitas Esa Unggul Harapan Indah Bekasi menyelenggarakan kampanye dan workshop bertema “BRAVE: Anti-bullying and Empowering Victims” pada Sabtu, 13 Juli 2024. Acara ini bertujuan untuk untuk meningkatkan kesadaran, kasih sayang dan perhatian terhadap dan perilaku tertulis dan ejaan di lingkungan kampus.
Pertemuan ini memperkenalkan Dr. Leili Kurnia Gustini, S.Sos., M.Si., peneliti bullying yang memperkenalkan materi tentang bullying. Selain itu, acara tersebut juga menampilkan program diskusi interaktif yang dibawakan oleh Adhitya Yappeo, seorang influencer dan konten kreator, yang berbagi informasi terkait isu yang sama.
Direktur Fasilitas Esa Unggul Bekasi, Ir. Nixon Erzed, MT., menekankan pentingnya topik bullying dalam kehidupan siswa. Meskipun periode-periode pelecehan sering kali tidak terlihat, namun periode-periode tersebut masih ada dan dapat menimbulkan dampak negatif pada para korban. Nixon berharap acara ini dapat membuka pikiran para pelajar untuk tidak menjadi pelaku bullying, dan membantu para korban bullying untuk sadar dan siap menghadapi situasi tersebut.
“Isu bullying merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian di dunia perguruan tinggi. Meski kita tidak melihatnya, namun ada kasus-kasus yang sering terjadi, dan dengan adanya acara ini kami berharap para mahasiswa mau berterus terang mengenai kegagalan tersebut. merupakan suatu kejahatan.” , apalagi jika “Korban bisa berpikir lebih jauh dan lebih siap menghadapi keadaan,” ujarnya dalam acara BRAVE di Bekasi, Sabtu, 13 Juli 2024.
Bullying sendiri merupakan perilaku agresif yang dilakukan secara berulang-ulang oleh seseorang atau kelompok yang berkuasa terhadap orang lain yang lebih lemah dengan maksud untuk menyakiti. Menurut Leili, edukasi mengenai bullying merupakan hal yang penting dan harus menjadi bagian dari kurikulum di semua perguruan tinggi.
Leili Kurnia Gustini mengatakan: “Karena tidak semua sekolah sadar akan adanya intimidasi dalam kerangka tersebut. kampus”.
Adhitya Yappeo, korban perundungan di sekolah dasar, berbagi pengalamannya dan memberikan nasihat tentang cinta diri. Menurut Adhitya, menjadi korban bullying bisa membuat seseorang merasa tidak aman dan tidak dicintai. Ia menekankan pentingnya mencintai diri sendiri sebelum berharap dicintai orang lain.
“Kamu diintimidasi, kamu tidak percaya pada dirimu sendiri dan kamu tidak menyukai dirimu sendiri. “Bagaimana bisa kamu ingin dicintai orang lain kalau kamu tidak mencintai dirimu sendiri,” ujarnya.
Adhitya juga menambahkan: “Pertama-tama, jika memang harus mencintai, jangan cintai pacarmu atau orang lain dulu, tapi cintai dirimu sendiri dulu karena hanya itulah yang bisa menyembuhkan luka kita dan mempersatukan kita,” tutupnya.
Di penghujung acara, diadakan pula isyarat tangan sebagai wujud komitmen pencegahan perundungan di kampus. Peserta, pendukung dan tamu menandai tangan mereka di atas kanvas putih besar, sebagai tanda solidaritas dan dukungan terhadap gerakan anti-intimidasi. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kasih sayang terhadap korban perundungan, serta mengurangi kejadian perundungan di lingkungan institusi.
Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan rasa kasih sayang terhadap korban perundungan, serta mengurangi kejadian perundungan di lingkungan institusi. Melalui standar pendidikan dan kesadaran yang tinggi, kami berharap mahasiswa dapat menciptakan lingkungan kampus yang lebih aman dan nyaman bagi semua kalangan.