Bukan Cerita Sinetron, Ini Kisah Tukang Cukur Naik Haji dari Lombok Timur

VIVA Lifestyle – Kisah inspiratif dari salah satu Rombongan 13 Calon Haji asal Kabupaten Lombok Timur bernama Muhammad (80 tahun). Seperti di episode “Tukang Bubur Naik Haji”, saat di Lombok, “Si Tukang Cukur Naik Haji” punya cerita yang asli dan menarik untuk semua orang.

Asrama BIR ALI 2 Embarkasi Haji Lombok; Senin 27 Mei Memasuki aula BIR ALI tahun 2024 dan menceritakan kisah inspiratif kepada media. Mari kita lanjutkan artikel selengkapnya di bawah ini.

Muhammad merupakan salah satu dari sekian banyak jemaah haji yang berangkat musim haji 2024, yang berasal dari berbagai daerah asal dengan pekerjaan atau profesi berbeda.

Muhammad merupakan salah satu jamaah haji yang mengundang inspirasi bagi semua orang, sehingga ia mengajak media untuk berbagi kisah kehadirannya di HALL BIR ALI 2 dan kisah kemampuannya menuntaskan ibadah haji.

“Tukang cukur dan tukang cukur lainnya sangat jahat. “Persimpangan Elek Rebung, elek masjid,” kata Mohammed dalam bahasa desanya, demikian dilansir situs Kementerian Agama NTB.

Ceritanya, pada tahun 1968, setelah kelahiran anak pertama saya, saya mulai bekerja sebagai penata rambut dan setahun setelah kelahiran anak pertama saya, saya mulai serius menjadi penata rambut. Langka, 1969 hingga sekarang. 

Menurut Pak Mohamed saat itu, memotong rambut adalah pekerjaan favoritnya dan bisa memberinya penghasilan cepat.

Sebagai seorang penata rambut penghasilannya tidak ditentukan oleh tarif.

Dulu, sebelum munculnya salon kecantikan atau salon rambut modern seperti sekarang ini, sehari orang bisa menghasilkan 50.000, namun sekarang maksimal hanya 20.000 sehari.

“Tapi sak piranan Jak Mauk sekEt sejelo (50.000 sehari) artinya 20.000 per jeli, sengak may mangkin loek mesin daet loek sama uah tao” (Dulu sehari 50.000 tapi sekarang sampai 20.000 karena banyak alat cukurnya. , Saya bisa melakukan banyak hal dalam sehari)’ jelas suami Mukminah.

Dia adalah seorang tukang cukur 50 tahun yang lalu, atau pada tahun 1973, menabung atau menginvestasikan uang.

Uang yang didapatnya dari tukang cukur yang hendak mendaftar haji kadang 10.000 hingga 20.000 per hari.

Kadang saya nabung, kadang 10.000 20.000,” ujarnya.

Kadang saya kumpulkan uang, kadang dapat 10.000, 20.000. Kadang saya kasih arak. Kalau tiangnya, saya senang menentukan harganya, Pire Sak jujur ​​dengan uangnya. Ya, jelasnya. .

Loonset Bartarat berkata, ‘Ya, ide angka bajakan itu jujur,” jelasnya.

Saya membuatnya sendiri dalam bentuk celengan atau tabungan atau gerobak kecil dan ketika saya ingin menyetor untuk haji, tabungannya mencapai 40 juta.

“Kami tidak mendapatkan cukup anggur pada malam hari dan jumlahnya 40 juta (yang merupakan jumlah uang yang banyak pada saat itu),” kata Mohamed.

Muhammad kini dalam perjalanan ke Tanah Suci melalui rombongan kedua sebanyak 13 orang dari Kabupaten Lombok Timur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *