Jakarta – Jayabaya, Raja yang memerintah Kerajaan Kediri pada abad ke-12, terkenal dengan ramalan masa depan yang terkenal, penuh teka-teki namun sempurna. Salah satu hal yang paling banyak dibicarakan tentang Jayabaya adalah membagi pulau Jawa menjadi dua bagian.
Prediksi tersebut terkait aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang terletak di beberapa wilayah Jawa Tengah antara lain Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal.
Prediksinya, jika terjadi letusan Gunung Slamet maka akan terjadi kesenjangan yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Pulau Jawa.
Kisah ini tersebar di kalangan masyarakat Banyumas dan masyarakat sekitarnya, bertepatan dengan ramalan Jayabaya. Namun hingga saat ini, sejarah tersebut belum terverifikasi dengan baik.
Ia tidak meramalkan Pulau Jawa akan terpecah, Jayabaya juga menulis tentang “banjir bandang ana ndi ndi” dalam ramalannya yang bisa diartikan banjir dimana-mana. Ramalan tersebut diartikan sebagai tenggelamnya Pulau Jawa.
Jayabaya pun meramalkan akan terjadi bencana besar yang akan memakan banyak korban jiwa. Prakiraan iklim melibatkan banyak peristiwa yang tidak dapat diprediksi di masa depan, termasuk perubahan iklim.
Nubuatan tersebut terdapat dalam banyak buku, seperti Serat Jayabaya Musarar, Serat Pranitiwakya, dan karya lainnya. Mereka juga disebutkan dalam Babad Tanah Jawi. Salah satu tulisan Jayabaya bercerita tentang tragedi tersebut:
“Akeh yangg karena. Udan salah darah prapti. Akeh lindhu lan grahana. Dalajate salin-salit. Pepati lai aji. Anutug ing era sewu, Wolung atus ta ibu Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan hilang.”
Terjemahan:
“Ada banyak hal yang terjadi di alam dan masyarakat manusia yang unik. Musim hujan tidak teratur dan seringkali membawa banyak hujan (banjir) dan tidak ada hujan sama sekali (kekeringan).”
“Insiden sering terjadi dan menimbulkan banyak korban jiwa, ternak dan harta benda, serta kejadian langka seperti bulan dan matahari.