Cara Ini Bisa Bantu Pemerintah Kurangi Ketergantungan Impor BBM

Tangerang – Sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi ketergantungan bahan bakar impor (BBM), pemerintah terus mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan di setiap kendaraan.

Harris yang merupakan Kepala Pusat Penelitian dan Pengujian Ekonomi, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi Kementerian ESDM mengungkapkan, konsumsi bahan bakar Indonesia masih sangat tinggi.

“Kalau sektor transportasi, mungkin lebih dari 90 persennya menggunakan bensin, termasuk solar dan bensin,” ujarnya seperti dikutip dalam FGC Automotive Strengthening Titik Kumpul Otomotif di ICE BSD, Tangerang.

Karena mahalnya bahan bakar untuk transportasi, pemerintah mengimpornya untuk memenuhi kebutuhan kendaraan bermotor.

“BBM yang digunakan untuk transportasi sebagian besar masih impor. Produksi kita 600 barel per hari, sulit ditingkatkan kecuali kita punya sumber daya lebih dan kita menggunakan 1,5 juta (barel), jelas Harris.

Selain itu, Harris mendemonstrasikan beberapa metode untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.

“Pertama, kurangi bahan bakar dengan biodiesel dan bioetanol. Sekarang Indonesia berhasil menerapkan B35 dan nanti akan dialihkan ke B40,” ujarnya.

Pilihan lainnya adalah mengubah kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) menjadi kendaraan listrik.

Selain itu, sebelumnya diberitakan bahwa Kementerian Perindustrian menyatakan penggunaan EREV (Exced Range Electric Vehicle) bisa menjadi cara lain untuk mengekang impor bahan bakar minyak.

Pada saat yang sama, EREV ini bekerja dengan cara yang sama seperti mobil hybrid, namun menggunakan baterai terbarukan sebagai sumber tenaganya, dan mobil jenis ini dapat berjalan dengan bahan bakar nabati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *