JAKARTA – Kanker paru-paru merupakan penyakit serius dan seringkali berakibat fatal jika tidak didiagnosis dan diobati sejak dini. Di Indonesia, kanker paru merupakan penyebab kematian utama pada pria dan urutan keenam setelah kanker payudara pada wanita. Faktor risiko utama kanker paru-paru antara lain merokok, paparan asap rokok termasuk rokok elektrik, silika/asbes (risiko kerja), riwayat fibrosis paru, riwayat kanker dalam keluarga.
Intinya, kanker paru-paru dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat dan menghindari faktor-faktor yang meningkatkan risikonya. Selain itu, pemeriksaan mandiri juga penting dilakukan sebagai langkah deteksi dini karena dapat meningkatkan peluang kesembuhan.
Metode skrining kanker paru efektif yang direkomendasikan oleh CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, khususnya pada individu berisiko tinggi, adalah dengan menggunakan CT scan dada dosis rendah ( LCDT). Artikel ini akan membahas pentingnya skrining kanker paru, rincian prosedur CT scan dada dosis rendah, manfaatnya, risiko terkait dan langkah diagnostik di RS MRCCC Silom Semanggi.
1. Anamnesis : Langkah awal diagnosis
Menurut dr Sita Andarini, PhD, SPP (K), dokter spesialis onkologi toraks spesialis pulmonologi RS MRCCC Silom Semanggi, mengatakan riwayat kesehatan merupakan langkah awal dalam proses diagnosis. Pada tahap ini, dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengumpulkan informasi mengenai faktor risiko, riwayat kesehatan, pengalaman gejala, dan faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan kanker paru. Gejala seperti batuk, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada, penurunan berat badan dan riwayat merokok, riwayat paparan dan riwayat kanker akan menjadi fokus utama. Riwayat kesehatan yang menyeluruh membantu dokter memahami kondisi pasien secara holistik dan memandu langkah selanjutnya dalam proses diagnosis dan pengobatan.
2. Proses skrining dan diagnosis dini kanker paru menggunakan low dose chest CT (LDCT)
CT dada dosis rendah merupakan metode skrining yang efektif untuk mendeteksi kanker paru-paru pada tahap awal. Prosedur ini menggunakan sinar-X dosis rendah untuk menghasilkan gambar paru-paru secara detail, termasuk struktur dan komposisi jaringan paru-paru. Dibandingkan dengan rontgen dada konvensional, CT dada dosis rendah memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi kanker paru pada stadium awal, bahkan ketika tumor masih berupa lesi kecil sehingga sulit dilihat dengan metode lain.
Selama prosedur, pasien akan diminta berbaring di meja CT dan mesin akan mengambil serangkaian gambar detail paru-paru dari berbagai sudut. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian akan dianalisis oleh ahli radiologi dan dokter spesialis, seperti dokter paru, untuk menilai apakah terdapat tanda-tanda bintil atau lesi abnormal pada paru yang memerlukan perhatian lebih lanjut.
“CT scan dada dosis rendah memberikan 1/7 dosis radiasi dari CT scan biasa, tanpa kontras, dan tesnya hanya memakan waktu tiga hingga lima menit, sehingga prosedur ini aman digunakan pada orang yang berisiko tinggi terkena penyakit paru-paru. kanker,” Dr. SITA Manfaat dan risiko CT dada dosis rendah
Keuntungan utama CT dada dosis rendah adalah kemampuannya mendeteksi kanker paru-paru pada tahap awal. Tes ini memungkinkan intervensi dan pengobatan yang lebih efektif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Selain itu, CT scan dada dosis rendah juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emboli paru, dan pneumonia.
Namun, masih terdapat risiko yang terkait dengan penggunaan radiasi. Meskipun dosis radiasi yang digunakan pada CT scan dada dosis rendah lebih rendah dibandingkan CT scan konvensional, masih terdapat kemungkinan bahwa paparan radiasi dapat meningkatkan risiko kanker di masa depan. Namun, manfaat diagnosis dini kanker paru-paru umumnya dianggap lebih besar daripada risikonya, terutama bagi mereka yang berisiko tinggi terkena kanker paru-paru.
3. Anatomi dan Biopsi Patologis: Buat diagnosis yang benar
Setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan LDCT, langkah selanjutnya adalah menentukan lesi yang diperoleh melalui LDCT. Tes ini dapat berupa biopsi (atau prosedur pengambilan sampel jaringan) untuk mendapatkan persiapan yang diperlukan untuk pemeriksaan patologi fisik.
Metode berbeda dapat digunakan untuk biopsi, seperti biopsi jarum halus (biopsi transtoraks), bronkoskopi, atau biopsi terbuka (torakotomi). Sampel jaringan yang diambil akan dianalisis di laboratorium patologi untuk menentukan diagnosis yang akurat, termasuk analisis molekuler kanker paru-paru untuk menentukan jenis kanker dan menentukan terapi yang tepat, atau terapi molekuler yang dipersonalisasi. Segala tindakan diagnostik dan terapeutik dapat diperoleh sesuai dengan pedoman internasional dan pedoman Kementerian Kesehatan di Indonesia.
Implementasi di Silom Hospital Group
Silom Hospital Group melalui Silom MRCCC RS Semanggi telah mengadopsi metode CT scan dada dosis rendah sebagai bagian dari program skrining kanker paru-parunya. Saat ini, MRCCC dilengkapi dengan peralatan medis canggih yang memungkinkannya melakukan CT scan dada dosis rendah dengan akurasi tinggi.
Selain itu, tim ahli radiologi terlatih khusus dilatih untuk membaca hasil CT scan dada dosis rendah dan mendiagnosis pasien dengan benar. Hal ini dilakukan untuk memastikan pasien mendapatkan layanan skrining kanker paru yang berkualitas dan dapat mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan.
Melalui metode skrining kanker paru-paru, seperti CT dada dosis rendah, deteksi dini kanker paru-paru diharapkan semakin meningkat dan peluang kesembuhan pasien semakin besar. Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya skrining kanker paru-paru dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat, seperti berkonsultasi dengan dokter untuk skrining rutin.