Cek Fakta: Vaksin COVID-19 Penyebab Hepatitis Misterius pada Anak-anak

LANGSUNG – Beberapa klaim beredar di media sosial yang menghubungkan wabah hepatitis misterius pada anak-anak saat ini dengan vaksin COVID-19.

“FDA AS sejak awal mengetahui tentang bahaya adenovirus mutan ganas yang disebabkan oleh vaksin COVID penyebab hepatitis,” tulis salah satu di Twitter pada 7 Mei.

Postingan lain menyebutkan bahwa vaksin COVID-19 dapat menyebabkan hepatitis karena semua vaksin, baik kombinasi RNA maupun kombinasi RNA-DNA, dapat mengubah genotipe dan fenotipe manusia. “Kalau gen A berubah (bermutasi), misalnya karena vaksin, fenotipnya sudah tidak normal, terjadi peradangan (hepatitis).”

PERIKSA HASIL

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan pada 15 April 2022 wabah hepatitis misterius yang mengejutkan setelah penyakit tersebut menginfeksi anak-anak berusia 11 bulan hingga lima tahun. WHO melaporkan pada 21 April 2022, setidaknya terjadi 169 kasus hepatitis akut/misterius di 11 negara.

Dari kasus-kasus tersebut, adenovirus terdeteksi pada setidaknya 74 kasus melalui pengujian molekuler, 18 di antaranya adalah tipe F 41. 20 kasus lainnya diidentifikasi sebagai SARS-CoV-2. Selain itu, 19 orang didiagnosis menderita Sars-CoV-2 dan koinfeksi adenovirus. Saat ini WHO masih menjadi penyebab utama wabah hepatitis akut di banyak negara.

Namun WHO menyatakan hipotesis yang mengaitkan hepatitis akut dengan efek samping vaksin COVID-19 tidak didukung bukti kuat karena sebagian besar anak yang terkena hepatitis tidak menerima vaksinasi COVID-19.

Seperti diberitakan Tempo sebelumnya, seperti dilansir Cekfakt.com, ahli epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan, maraknya rumor misterius hepatitis akut akibat vaksin COVID-19 tidak berdasarkan bukti ilmiah.

Ya, belum ada fakta atau bukti ilmiah yang memastikan hal itu disebabkan oleh vaksin COVID-19, ujarnya, Selasa, 3 Mei 2022.

Kepala Unit Koordinasi Gastro-Hepatologi (UKK) IDAI, Muzal Kadim mengatakan, perkembangan penyakit ini di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terutama menyerang anak-anak yang belum mendapat suntikan COVID-19.

“Kasus yang muncul sekarang ini biasanya menyerang anak-anak yang belum divaksin, karena sebagian besar berusia di bawah 6 tahun, bahkan di bawah 2 tahun seperti yang ditemukan di Inggris,” kata dokter spesialis anak di Pondok Indah. Pihak rumah sakit akan menggelar diskusi virtual pada Sabtu, 7 Mei.

Diakui Muzal, vaksin COVID-19 kerap dikaitkan dengan Messenger RNA (mRNA) atau menunjukkan efek samping. Namun, ia menyatakan efeknya baru muncul setelah jutaan orang diberikan vaksin.

“Jika messenger RNA dikaitkan setelah jutaan pemberian vaksin, maka dikaitkan dengan efek samping. Namun untuk kasus akut, vaksin tidak dikaitkan dengan COVID,” ujarnya.

Di Inggris misalnya, seperti dilansir BBC, Dr Meera Chand, direktur penyakit klinis dan menular di Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), mengatakan bahwa penelitian mereka “semakin” menunjukkan bahwa peningkatan kasus hepatitis akut adalah terkait dengan infeksi adenovirus, meskipun penyebab lainnya masih diselidiki. Di Inggris setidaknya terdapat 114 kasus hepatitis akut pada 30 April 2022.

UKHSA mengatakan satu-satunya hal yang dapat dipesan secara pasti adalah vaksin COVID-19 – karena belum ada anak penderita hepatitis yang menerima vaksin COVID-19.

Selain Inggris, Amerika juga menunjukkan data yang sama. Dari 9 anak yang tertular hepatitis di Alabama antara Oktober 2021 hingga Februari 2022, mereka berusia di bawah 6 tahun. Menurut organisasi FactCheck.org, tidak satupun dari sembilan anak tersebut telah menerima vaksinasi COVID-19.

Virus hepatitis dan SARS-CoV-2 terbukti negatif, virus penyebab COVID-19. Namun hasil tes menunjukkan mereka positif adenovirus. Lima dari sembilan anak terinfeksi adenovirus tipe 41.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengecekan fakta di atas, klaim bahwa wabah misterius hepatitis pada anak disebabkan oleh vaksin COVID-19, hingga artikel ini diterbitkan, belum memiliki bukti ilmiah yang kuat. WHO dan otoritas kesehatan di Inggris dan Amerika menunjukkan bahwa anak-anak yang menderita hepatitis laten belum menerima vaksin COVID-19. Meski kemungkinan ada kaitannya dengan infeksi adenovirus, penyelidikan lebih lanjut mengenai penyebab wabah ini masih dalam penyelidikan.

Referensi

Https://cekfakt.com/focus/9750

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *