Jakarta, Titik Kumpul – Prasanti Widyasih Sarli atau yang akrab disapa Asih adalah dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB). Baru-baru ini, ia berhasil meraih penghargaan dan dana penelitian sebesar Rp 100 juta dari program L’Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024.
Penelitian Asih bertajuk “Resilience for All: Large-Scale Housing Assessment in Indonesia” bertujuan untuk meningkatkan keamanan bangunan tempat tinggal dari bencana alam khususnya gempa bumi dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Pada acara penganugerahan pada Senin 11 November 2024 di Golden Ballroom, The Sultan Hotel, Prasanti mengungkapkan bahwa inspirasi penelitian ini berasal dari perkembangan teknologi, khususnya di bidang pencitraan dan kecerdasan buatan.
“Dengan teknologi pengolahan gambar dan kecerdasan buatan, kita bisa mencoba mengidentifikasi banyak hal, bahkan dalam dunia kedokteran. Jadi, saya bertanya, mengapa tidak mencoba menggunakan AI untuk teknik sipil, terutama untuk meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa?” dia menjelaskan.
Penelitian yang dipimpin Prasanti ini bertujuan untuk mengurangi angka kematian akibat bencana alam dengan berfokus pada rumah-rumah yang rentan roboh akibat ketidaksiapan konstruksi.
Penelitian Prasanti tidak hanya bersifat akademis tetapi juga berdampak langsung bagi masyarakat. Ia mengungkapkan, sebagai seorang insinyur sipil, ia merasakan panggilan moral untuk menekan jumlah korban di setiap bencana gempa.
“Kami sebagai insinyur sipil selalu merasa perlu melihat langsung bangunan-bangunan yang rusak akibat gempa. Kita perlu tahu bagaimana cara memperkuat masyarakat lokal, karena sangat miris melihat korban jiwa semakin bertambah setiap terjadi gempa,” Prasanti dikatakan.
Dengan mengembangkan aplikasi berbasis AI, diharapkan dapat memberikan data dan peta kerusakan bangunan yang lebih akurat untuk mendukung perencanaan dan desain bangunan yang lebih aman. Sebagai seorang peneliti, Prasanti menyadari tantangan yang dihadapinya, terutama dalam mencari validasi arah penelitiannya.
“Sebagai ilmuwan, terkadang kita merasa seperti berjalan dalam kegelapan dan bertanya-tanya apakah yang kita lakukan itu benar atau salah. Namun dengan program For Women in Science, saya merasa ada validasinya, sedikit demi sedikit. Hal ini memberikan hal baru semangat untuk terus maju.” katanya.
Menurut Prasanti, meski dunia penelitian seringkali terasa sepi dan penuh ketidakpastian, namun penghargaan ini membuktikan bahwa apa yang dilakukannya benar-benar bermanfaat dan dihargai oleh masyarakat.
Selain prestasi profesionalnya, Prasanti juga berbagi pandangannya mengenai tantangan yang dihadapi perempuan di dunia teknik sipil yang masih didominasi laki-laki.
“Meskipun akses terhadap peluang tidak boleh berbeda antara laki-laki dan perempuan, masih ada stereotip yang perlu kita tantang. “Dunia teknik sipil sering dikaitkan dengan laki-laki, namun bukan berarti perempuan tidak bisa bekerja,” ujarnya.
Ia mengingatkan, tantangan terbesar bukan hanya soal gender, tapi juga konsistensi dalam bekerja. “Semakin besar mimpinya, semakin panjang jalan yang harus ditempuh,” jelasnya tegas.
Prasanti juga mengajak para perempuan untuk tidak menyerah dan tetap percaya pada kemampuan yang dimiliki. Ia menekankan pentingnya suara perempuan dalam dunia teknik sipil, yang seringkali memiliki perspektif berbeda dan lebih humanistik.
“Keberlanjutan dan isu-isu yang lebih mementingkan kemanusiaan seringkali lebih dekat dengan perempuan. Dengan suara-suara seperti kami, saya yakin dunia kita akan lebih terbantu,” katanya.
Bagi Prasanti, konsistensi dan tekad menjadi kunci untuk mencapai tujuan besar dalam karier dan kehidupan.
Selain dedikasinya di dunia akademis, Prasanti juga aktif di berbagai organisasi internasional. Beliau menjabat sebagai presiden Future Leaders Forum of the Asian Civil Engineering Coordinating Council pada tahun 2020-2022, mewakili 15 negara di Asia.
Ia juga menjadi anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) sejak tahun 2022. Dengan berbagai penghargaan dan prestasi internasional, Prasanti telah menunjukkan bahwa dedikasi terhadap penelitian dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat, terutama di bidang-bidang penting seperti membangun ketahanan terhadap bencana. .
Melalui penelitian inovatifnya, Prasanti Widyasih Sarli, PhD menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya berfungsi sebagai ilmu pengetahuan akademis, tetapi juga sebagai alat untuk memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.
Ketangguhannya dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dalam dunia penelitian maupun mendobrak batasan stereotip gender, menjadikan Prasanti sebagai sosok inspiratif yang patut diperhitungkan dalam dunia sains dan teknik sipil.
Sekadar informasi, L’Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) merupakan program kolaborasi PT L’Oreal Indonesia, Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, untuk memberikan apresiasi dan dukungan kepada peneliti perempuan di Indonesia.
Sejak 21 tahun lalu, program ini telah memberikan dana hingga Rp400 juta setiap tahunnya kepada 75 peneliti perempuan, menghasilkan lebih dari 2.500 publikasi ilmiah dan melibatkan lebih dari 1.400 peneliti, 65 persen di antaranya adalah perempuan.