CARA HIDUP – Mata berbinar menyambut cerahnya mentari, kebahagiaan tampak di pagi hari bagi jamaah haji di halaman Masjidil Haram Mekkah.
Ia tak henti-hentinya mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadanya. Dialah Abu Bakar bin Sarang (61), jemaah haji asal Deli Serdang Kloter KNO-32.
Abu Bakar mengaku tidak membawa bahan makanan untuk membeli makan sehari-hari atau uang untuk transportasi mengunjungi banyak tempat suci di Makkah.
Pria paruh baya itu hanya mengandalkan jalan kaki setiap hari untuk tetap berhubungan dengan berbagai jamaah haji di Mekkah. Mari kita gulir seluruh artikel di bawah ini.
Pada siang hari, Abu Bakar bisa menghabiskan waktu berjalan kaki menuju Masjidil Haram, satu jam dari hotelnya di kawasan Syisah.
“Setiap menjelang subuh, saya selalu jalan kaki ke sini (Masjidil Haram),” 2024. ujar Abu Bakar kepada petugas Hajj Media Center pada Rabu, 19 Juni.
Karena tidak membawa sepeser pun, ia tetap mendapat rezeki berupa makanan, minuman atau barang.
Disetiap langkahnya selalu ada orang yang berbagi kesuksesannya dan akhirnya ia mampu mengumpulkan oleh-oleh untuk dibawa pulang ke kampung halamannya.
Yang penting jujur, Insya Allah banyak bedanya. Kalau di Tanah Suci tidak kita hitung, kata Abu Bakar yang bekerja sebagai penyadap karet di desanya.
Ia mengaku mendaftar haji pada tahun 2012. dan pergi sendirian ke Tanah Suci. Kumpulkan uang tidak teratur setiap hari. Terkadang Rp 5000 atau bahkan lebih.
“Tahun 2012 biaya pendaftarannya 25 juta. LTL, sisanya dipungut dari gaji yang hanya 20-50 ribu. LTL per hari,” ujarnya.
Abu Bakar mengaku sangat terkesan dengan pelayanan para petugas haji yang selalu penuh perhatian melayani para tamu Allah. Dia benar-benar merasakannya sejak dia turun dari papan.
Bahkan, kata dia, setiap perjalanan dari hotel menuju Masjidil Haram selalu tertunda karena berurusan dengan petugas.
“250 persen pelayanan petugas saya nilai sangat baik. Pokoknya bagus sekali,” ucapnya gembira.
Pada tahun 2024 Laporan tim Hajj Media Center