Titik Kumpul – Kembalinya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS), nampaknya menjadi bahaya besar bagi Ukraina. Kekhawatiran ini datang dari pejabat senior Uni Eropa (UE) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Jerman, sebagai anggota NATO, adalah salah satu kelompok paling kuat yang mengirimkan paket senjata untuk mendukung tentara Ukraina. Sebab, hingga saat ini pasukan Volodymyr Zelensky masih harus menghadapi serangan militer Rusia.
Yang menjadi perhatian UE dan NATO adalah pengiriman rudal Taurus KEPD 350 buatan Jerman.
Meski teknologinya canggih dan mempunyai kemampuan menghancurkan sasaran hingga jarak 500 kilometer, namun disebut-sebut tidak akan menambah kekuatan tentara Ukraina melawan tentara Rusia.
Pernyataan Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, membenarkan kekhawatiran UE dan NATO bahwa negara Panzer akan berhenti menggunakan rudal Taurus.
Meski demikian, Pistorius mengatakan Jerman akan terus menjaga stabilitas pengiriman senjata ke Kiev.
Ia pun dengan tegas menyatakan bahwa sifat dan kemampuan Taurus bukanlah sesuatu yang bisa dibicarakan secara terbuka. Pasalnya, pengiriman rudal merupakan pekerjaan berbeda di Jerman.
“Ada argumen tentang (rudal) Taurus yang berkaitan dengan keamanan nasional dan strategi NATO. Selain itu, kita tidak boleh membahasnya (disiarkan),” kata Pistorius.
“Pada saat yang sama, Taurus tidak akan menjadi permainan (perang Ukraina). Tugas kita berbeda, sekarang kita harus memastikan Ukraina terus menerima pasokan secara terus menerus,” ujarnya.
Pada September 2024, Kanselir Jerman Olaf Schol juga melontarkan pernyataan serupa kepada Pistorius.
Bahkan dalam pernyataannya, Schol dinilai enggan berkonfrontasi langsung dengan Rusia dengan memberikan rudal Taurus.
“Pengiriman (misil Taurus) hanya mungkin terjadi jika kita sendiri yang memilih dan menentukan tujuannya. Dan, itu tidak mungkin terjadi jika kita tidak ingin menjadi bagian dari konflik ini,” kata Pistorius.