Cuaca Panas Meningkatkan Risiko Demam Berdarah, Kemenkes Lakukan 6 Strategi Pencegahan

VIVA – Beberapa hari terakhir, Kementerian Kesehatan menyoroti bahaya cuaca hangat dan panas yang dapat meningkatkan kasus demam berdarah. Hal ini disebabkan oleh genangan air hujan yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.

“Kalau saya bilang baru-baru ini hujan deras, lalu tiga atau empat hari panas. Ini menyebabkan genangan air akibat hujan sehingga menimbulkan banyak sarang nyamuk untuk berkembang biak (tempat berkembang biak), kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan, Imran Pambudi.

Padahal, dari segi epidemiologi, lebih aman jika hujan terus menerus karena airnya berganti. Kalau sekarang turun hujan, berbahaya bagi penyakit DBD, lanjutnya.

Imran mengungkapkan data kumulatif Kementerian Kesehatan per 18 Maret 2024 menunjukkan 35.556 kasus DBD dan 290 kematian. Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Lampung menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi.

Kementerian Kesehatan telah melakukan enam langkah strategis pemberantasan DBD, yaitu Penanggulangan Vektor, pengendalian kasus sebelum masa menular dengan penguatan masyarakat melalui gerakan 1 talo 1 jumantik dan skrining jentik.

Selain itu juga dikeluarkan peraturan seperti PNPK tentang penatalaksanaan infeksi demam berdarah pada orang dewasa, anak-anak dan remaja, serta penggunaan obat RDT demam berdarah untuk diagnosis dini. Surveilans demam berdarah melalui data real-time, pengembangan SIARVI, pembentukan tim respon cepat penanganan wabah, dan sistem peringatan dini wabah.

Sosialisasi dan sistem peringatan dini KLB, mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan PSN 3M Plus dan menghidupkan kembali POKJANAL. Manajemen program, kemitraan dan keterlibatan pemerintah, persiapan RPM untuk pencegahan demam berdarah, mengundang pemerintah daerah untuk melakukan pencegahan dan pengendalian demam berdarah.

Pengembangan kajian penelitian dan inovasi pengembangan teknologi wolbachia di Semarang, Bontang, Bandung dan Jakarta Barat.

Kementerian Kesehatan tidak bisa melakukan upaya ini sendirian, perlu kerja sama semua pihak untuk mengalahkan DBD.

“Beberapa kegiatan ini memang tidak bisa kita lakukan sendiri-sendiri, kita semua harus bekerja sama untuk mengalahkan DBD,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *