Titik Kumpul Showbiz – Pendeta Brian Siawarta menjadi salah satu tokoh agama yang mendapat dukungan publik. Ia tampil dalam podcast bersama Habib Jafar yang keduanya dinilai tampil penuh semangat.
Namun, citranya terus menimbulkan kontroversi publik. Selain tato di tubuhnya, tapi juga tindakannya baru-baru ini. Brian Siawarta diketahui menggemari olahraga. Maju cepat, ya?
Olahraga ini banyak ditentang oleh umat Kristiani. Dia yang menjadi pusat perhatian akhirnya angkat bicara. Diakuinya, kritik tersebut merupakan bentuk rasa cinta dan kasih sayang terhadap dirinya.
“Kemarin kalau tinju itu olahraga, aku ditanya apakah tinju itu sukses, kan?” di acara YouTube Melaney Ricardo.
Brian Siawarta menambahkan, dirinya mengaku senang karena banyak orang yang marah padanya. Karena menurutnya orang-orang tersebut gila karena keimanan dan keyakinannya.
“Jujur saya senang semua marah di satu sisi, kenapa? Karena mereka marah kepada Tuhan, mereka marah dengan keimanannya dan keyakinannya. Setidaknya dia melakukannya, hidup dalam konteks itu mereka bersemangat,” ujarnya. . .
Pria lulusan Magister Agama dengan spesialisasi Islamologi ini menegaskan, setiap tindakan yang dilakukannya pasti akan membuahkan hasil yang berbeda-beda. Baik dan buruk dari masyarakat.
Setidaknya kita bisa menghormati semua orang dan bersabar karena mereka mencintai Tuhan. Dan akan lebih baik jika kita berdiskusi lagi tentang iman, dan Saya senang,” katanya.
Jalan Hidup Pendeta Brian
FYI, Brian belajar Alkitab di Australia selama tiga tahun. Setelah menerima pendidikan. Brian mengaku saat itu dirinya belum ingin menjadi pendeta di Indonesia.
“Tiga tahun kuliah Alkitab. Saya sedang mengejar gelar Magister Agama di Perth. “Setelah belajar Alkitab, saya tidak ingin kembali ke Indonesia untuk menjadi pendeta,” ujarnya.
Brian mengungkapkan saat itu dirinya merasa tidak cocok dengan Indonesia. Ia pun mengaku tidak ingat hidup dengan rasisme saat itu.
“Saya tidak cocok dengan Indonesia, tapi suatu hari saya sadar bahwa Tuhan menciptakan saya untuk menjadi orang Indonesia. Sampai kamu menyerah, jika harus kembali ke Indonesia), maka kembalilah,” ujarnya.
Akhirnya, Brian memutuskan untuk mengejar gelar di bidang teologi. Menariknya, Brian melaporkan bahwa jurusannya adalah misiologi dengan fokus pada Islam.
“Saya memutuskan untuk menyelesaikan gelar master saya di bidang teologi dengan mengambil jurusan Misiologi. Program terkait dengan fokus pada Islamologi. Tesis saya tentang saudara-saudara Muslim kita. “Kenapa, karena saya tahu kalau saya terpanggil bekerja untuk Indonesia, saya harus siap bekerja untuk saudara-saudara muslim saya,” ujarnya.