Dari Tukang Parkir Menjadi Pahlawan: Perjalanan Luar Biasa Pak Puger

VIVA – Siapapun yang mau bisa berbuat baik. Semua orang bisa melakukan sesuatu yang baik asal mereka tahu caranya. Meski kebaikannya hanya sebesar biji jagung, namun hal itu menjadi sebuah kebanggaan baginya. Berbuat baik tidak mengenal siapa dirinya, namun kita harus memperhatikan keikhlasan yang ditaruh dalam dirinya untuk membahagiakan orang lain.

Meski hidupnya tergolong miskin, namun jika ada kebaikan dalam dirinya, ia akan melakukannya. Hal itu ditunjukkan oleh seseorang yang memiliki hati sebesar lautan dan kebaikan yang tiada habisnya.

Dialah Pak Puger, juru parkir di Kota Solo. Berdasarkan video yang diunggah di Tiktok oleh @nayadefisa, ia bercerita tentang perjalanan hidupnya sebagai pekerja sosial. Kita bertanya-tanya apa hebat dan istimewanya sejarah juru parkir?

Pak Puger sangat istimewa. Meski kesehariannya sebagai juru parkir, Pak Puger berhasil mendirikan sebuah yayasan yang menampung puluhan anak pengidap HIV dan AIDS selama 12 tahun.

Anak-anak yang sangat dipedulikan Pak Puger adalah anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tuanya, anak-anak yang tidak diterima oleh lingkungan terdekatnya, anak-anak yang harus menanggung diskriminasi dan stigma buruk Apa sepanjang hidupnya. Apa pendapat anak-anak tentang orang seperti Pak Puger? 

“Dunia akan baik-baik saja selama kamu mempunyai Ayah,” kata mereka dengan hati yang tulus dan lembut. 

Kehadiran Pak Puger membuat mereka yakin bahwa hidup adalah sesuatu yang penuh informasi dan tidak akan pernah berakhir.

Anak-anak hanya menganggap Pak Puger adalah orang yang berhati besar, namun mereka tidak tahu bahwa Pak Puger sering menerima hal-hal buruk dari masyarakat untuk mendukung dan melindungi anak-anak luar biasa tersebut. Meski begitu, Pak Puger tetap mempunyai semangat positif yang masih membara.

“Saya baik-baik saja, saya pernah diusir, dimarahi, diludahi, saya baik-baik saja. Jangan pernah menyentuh anak-anakku.”

Hingga saat ini, kita telah melihat betapa tulusnya Puck Pugger dalam kesediaannya merawat dan melindungi anak-anaknya yang sudah dewasa.

Meski yayasan ini sudah berdiri selama 12 tahun, ada kisah mengharukan tentang mereka. Rumah singgah ini rupanya sudah dua puluh kali digusur oleh masyarakat. Mereka masih terpaksa tidur dan bermalam di bekas sekolah dasar yang bangunannya tidak layak huni.

Anak-anak terus berkembang hingga Pak Puger mendapat satu pertanyaan dari anak-anaknya dengan baik.

“Pak, kenapa mereka terus mengusir kami? Apa kesalahan yang kami lakukan?”

Respon Pak Puger membuat jantungku berdebar-debar. Orang-orang seperti Pak Puger dan anak-anaknya merasa dunia dan surga tidak memperlakukan mereka dengan baik dan mereka terus-menerus menghadapi rintangan dan masalah.

“Anda tidak salah, yang salah hanyalah bumi dan langit tidak pernah melindungi kita,” kata Pak Puger.

Perlu kita ketahui bahwa walaupun hidup Pak Puger sangat berat, namun beliau selalu memasang wajah bahagia dihadapan anak-anaknya yang sudah besar. Kita sudah tahu, tidak banyak orang yang seperti Pak Puger. 

Namun kini Pak Puger tak segan-segan memperjuangkan yayasan yang ia dirikan, karena ada ribuan orang baik yang ikhlas membantu membangun Desa Cahaya agar anak-anak mempunyai rumah yang layak untuk ditinggali dan tidak lagi merasa dikucilkan oleh warga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *