Jakarta – Bagi banyak perempuan di seluruh dunia, kehilangan pasangan yang menyedihkan sering kali diikuti dengan perjuangan panjang untuk mendapatkan hak-hak dasar dan mendapatkan rasa hormat yang layak mereka dapatkan.
Laporan PBB pada Senin 28 April 2024 menyebutkan jumlah janda di seluruh dunia mencapai lebih dari 258 juta jiwa, janda seringkali terpinggirkan, tidak mendapat dukungan dan diabaikan dalam struktur sosial.
Sejarah menunjukkan bahwa seringkali para janda kehilangan hak waris dan harta bendanya. Selain itu, mereka diperlakukan tidak adil setelah kematian pasangannya, sering kali dicopot dari jabatannya dan mendapat stigma dan diskriminasi ekstrem karena dianggap sebagai ‘pembawa’ penyakit tersebut.
Di seluruh dunia, perempuan mempunyai peluang yang jauh lebih kecil untuk menerima pensiun dari negara dibandingkan laki-laki, sehingga kematian pasangannya dapat menyebabkan kemiskinan bagi perempuan yang lebih tua.
Sejak tahun 2011, PBB merayakan tanggal 23 Juni sebagai Hari Janda Internasional (resolusi A/RES/65/189) untuk menyoroti suara dan pengalaman para janda dan menawarkan dukungan unik yang mereka butuhkan.
Saat ini, ada lebih banyak peluang untuk bertindak guna mencapai hak penuh dan pengakuan bagi para janda. Hal ini mencakup informasi mengenai distribusi warisan, tanah, dan sumber daya produktif yang adil. pensiun dan jaminan sosial tidak hanya didasarkan pada status perkawinan; pekerjaan yang layak dan upah yang setara; dan peluang pendidikan.
Memberdayakan para janda untuk menghidupi diri mereka sendiri dan keluarga mereka juga berarti mengatasi stigma sosial yang menciptakan eksklusi dan praktik-praktik diskriminatif atau merugikan. Jadi, negara mana saja yang memiliki jumlah janda terbanyak? Berikut 5 negara tersebut menurut berbagai sumber: India
India mempunyai jumlah janda terbanyak tidak hanya di benua Asia namun juga di dunia. Pada tahun 2010, Loomba Foundation melaporkan terdapat 42,4 juta janda di India. Jadi pada tahun 2015, jumlah janda di India meningkat menjadi 46,4 juta orang. Berkat indikator tersebut, India berhasil menyalip China yang sebelumnya menduduki peringkat pertama.
Sebuah kota di India, Vrindavan juga dikenal sebagai kota para janda. Julukan ini diberikan untuk kota yang dianggap suci oleh umat Hindu ini karena lebih dari 20.000 janda tinggal di Vrindavan. Kota di utara Uttar Pradesh ini juga memiliki banyak rumah janda, baik yang dikelola oleh pemerintah, LSM, maupun perusahaan swasta. Maladewa
Maladewa menjadi negara di kawasan Asia Selatan dengan jumlah janda terbanyak di Asia. Di negara ini angka perceraian mencapai 5,52 per 1000 jiwa dengan jumlah penduduk lebih dari 500 ribu jiwa. Tingginya angka perceraian disebabkan karena masyarakat Maladewa tidak menyukai hubungan fisik di luar nikah.
Namun pernikahan dan perceraian juga sangat mudah terjadi di negara kepulauan ini. Perubahan budaya yang terjadi saat ini di Maladewa menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka perceraian. Perempuan kini semakin mampu mengurus diri mereka sendiri secara finansial, sehingga mereka bisa meninggalkan pernikahan yang dianggap gagal. Taiwan
Pada tahun 2018, tingkat perceraian di Taiwan adalah sekitar 2,3 per seribu penduduk. Jumlah ini cukup besar. Namun tiga tahun kemudian, jumlahnya meningkat. Pada tahun 2021, tingkat perceraian di Taiwan naik menjadi 2,5 per 1.000 orang dengan populasi lebih dari 23 juta jiwa.
Meningkatnya angka perceraian salah satunya disebabkan oleh menurunnya faktor ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang turut menyebabkan menurunnya perekonomian masyarakat. Akibatnya, banyak perempuan Taiwan yang mengajukan gugatan cerai dan memilih menjadi janda di Tiongkok
Karena jumlah penduduknya yang besar, angka perceraian di Tiongkok juga cukup tinggi. Diketahui, angka perceraian di Tanah Air terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2015, Tiongkok mempunyai jumlah janda terbesar kedua di dunia. Pada tahun 2018, Tiongkok memiliki tingkat perceraian sebesar 3,2 per seribu penduduk dan jumlah penduduk lebih dari satu miliar orang. Kazakstan
Di Kazakhstan, 4,6 orang dari lebih dari 19 juta penduduk pernah mengalami kasus perceraian per ribu penduduk. Angka tersebut merupakan yang tertinggi kedua pada tahun 2020-2021. Perceraian terjadi karena banyaknya perkawinan baru, namun kuatnya perekonomian tidak menyeimbangkan hal ini.