JAKARTA, Titik Kumpul – Dunia perfilman Indonesia kembali menghadirkan film horor penuh nuansa misterius dan kearifan lokal. Film Danyang “Mahar Tukar Nyawa” merupakan salah satu film terbaru yang mengangkat fokus pada fenomena pesoghan, sebuah fenomena mistis yang masih diyakini sebagian kalangan masyarakat.
Film ini akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 7 November 2024. Yuk simak artikel lengkapnya di bawah ini.
Dalam wawancara eksklusif Titik Kumpul dengan pemain Sahila Hasyam, Bhisma Mulia, dan Edward Manalo, mereka berbagi pandangan tentang karakter yang mereka perankan.
Sahila Hasyam berperan sebagai Risty, gadis desa yang merupakan putri kepala desa yang diperankan oleh Edward Manalo, dan Wolan Juritno berperan sebagai ibunya.
Risty digambarkan sebagai karakter yang terjebak dalam kisah cinta yang rumit.
Kekasihnya, Galang (Bhisma Mulia), adalah seorang pemuda desa yang status ekonominya jauh di bawah keluarga Risti, sehingga hubungan mereka tidak mendapat restu dari ayahnya.
Jadi hubungan saya dengan Mas Galang tidak direstui karena perbedaan status ekonomi, kata Sahila di studio Titik Kumpul, Jakarta Timur, Selasa, 22 Oktober 2024.
Bhisma Mulia yang berperan sebagai Galang menggambarkan karakternya sebagai seorang pemuda desa yang bercita-cita menemukan cinta sejati.
Galang yang berasal dari keluarga miskin merasa harus berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan kepada ayah Rusty bahwa dirinya layak mendapat restu.
“Galang adalah seorang anak desa yang tujuan sebenarnya adalah untuk mendapatkan cinta sejatinya, Risti. Semakin sulit dengan restu dari bapak ini (Romo Risti) yang membuat Galang mengambil keputusan dalam hidup yang tidak dibenarkan dalam kenyataan. , berupa Besujihan,” ujarnya.
Edward Manalo berperan sebagai Ridwan, ayah Risty. Sebagai pemimpin resmi desa, Ridwan digambarkan sebagai ayah yang tegas, namun hal tersebut karena ia menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan tidak ingin Risti jatuh ke tangan pria yang tidak jelas asal usulnya.
“Secara umum, layaknya orang tua, mereka menginginkan yang terbaik untuk anak semata wayangnya. Jangan sampai terjerumus ke dalam lubang yang salah,” ucapnya, meski digambarkan kejam, namun tetap memiliki niat baik untuk masa depan anaknya.
Selain itu, pemain juga menjelaskan Danyang, karakter hantu di film ini. Bhisma menjelaskan, Danyang merupakan sosok yang netral dan sebelumnya pernah mempelajari ilmu pengetahuan. Ia kemudian menjadi penjaga tempat suci bagi masyarakat setempat.
Warga memanfaatkan tempat ini untuk merayakan rasa syukur atas hasil panen. Namun dalam perkembangannya, beberapa orang memanfaatkan tempat tersebut untuk keperluan pribadi, yang ditonjolkan dalam film ini.
Menjelaskan tentang tempat keramat dimana salah satu adegan dalam film tersebut terjadi, Bhisma melanjutkan, “Salah satu tempat kami kebetulan berada di bawah pohon beringin. Jadi kami tidak memberikan detail lokasi atau tempatnya, itu hanya sebuah rumah , rumah yang sangat bobrok. Bisa dibayangkan rumah bobrok di bawah pohon beringin yang sangat besar, ritual malamnya, dan saat pengambilan gambar benar-benar malam.”
Dia melanjutkan: “Jadi film ini merancang adegan tersebut untuk mewakili perlakuan tersebut sedekat mungkin.” Kami berkonsultasi dengan orang pintar sebelum dan sesudah syuting. Mereka juga berbicara tentang prosesi tersebut, dan apa yang terjadi dalam ritual tersebut sangat mirip dengan adegan dalam skenario ini. Jadi…oh, ternyata yang saya lakukan mirip sekali dan orang-orang pintar yang saya temui pun menyetujuinya. Katanya penampilan Danyang kira-kira seperti ini.
Proses penciptaan karakter para pemeran film Danyang “Mahar Tukar Nyawa” membutuhkan banyak kolaborasi dan penelitian. Bagi para aktor, kemampuan memperhatikan lingkungan sekitar menjadi kunci penting dalam membentuk karakter yang diperankannya.
Menurut Edward, seorang aktor harus bisa belajar dari kehidupan sehari-hari.
“Sebagai aktor, kita bisa belajar dari lingkungan sekitar. Akting itu ilmu kehidupan, jadi kita bisa belajar dari semua orang di sekitar kita, yang penting kita peka terhadap lingkungan,” jelasnya.
Edward yang berperan sebagai Redwan juga menekankan pentingnya bersikap terbuka terhadap pengalaman dan masukan orang lain. Menurutnya, karakter bisa dikembangkan dengan mempelajari naskah dan dialog yang ditulis penulis skenario.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa penting untuk belajar dari pengalaman pribadi, meski tidak selalu sama persis dengan pengalaman karakter.
Yang penting sebagai aktor siap membuka diri terhadap segala komentar, ujarnya.
Bhisma pun menceritakan bagaimana pengalaman pribadinya membantunya memerankan karakter Jalang. “Pengalaman adalah modal awal yang banyak dimainkan. Bagaimana keadaan Galang saat itu? Dia tidak punya keluarga sama sekali, hanya neneknya. Dia mencintai orang ini, tapi waktu yang tersisa sangat sedikit kaya, dan hanya saya yang miskin, jadi skala dan perbandingan ini harusnya diterapkan pada Galang.”
Selain kedalaman karakter individu, Sahila mengaku suasana di lokasi syuting juga berperan penting. Para pemeran sering berbagi cerita dan berdiskusi untuk memperdalam pemahaman mereka tentang karakter.
“Menurut saya yang penting adalah suasana di lapangan, suasana persiapan,” ujarnya.
Uniknya, Bhisma kerap menghadirkan emosi gelap sang karakter ke lokasi syuting agar emosi sang karakter tetap konsisten.
Hal ini menyebabkan beberapa pemain lain khawatir dengan temperamen Bisma yang tidak seimbang, namun mereka akhirnya memahami bahwa ini adalah bagian dari proses pengembangan karakternya.
“Terkadang aku melihatnya terlihat murung saat syuting dan menurutku dia sedang dalam masalah. Tapi ternyata ini adalah caranya untuk tetap berkarakter,” kata Edward.
Danyang “Mahar Tukar Nyawa” bercerita tentang Galang, seorang pemuda buruh tani yang jatuh cinta pada Risty dari keluarga kaya raya. Cinta mereka terhalang oleh larangan orang tua Risty, sehingga Galang mencari kesembuhan di Gunung Sarandil. Demi kekayaan yang diperolehnya, Galang harus mengorbankan nyawanya.
Ketika ibu mertuanya Dasmi (Wulan Joritno) mengetahui rahasia ini, Galang dan Dasmi melakukan ritual pertukaran pengorbanan di Sejuru Siu, di mana mereka terlibat perselingkuhan untuk menyelamatkan Risty.
Film garapan Castle Film Production ini memperlihatkan bagaimana cinta dan keputusasaan bisa membawa seseorang ke jalan yang gelap, seperti Galang yang rela melakukan aksi magis karena cintanya pada Risty.