Dokter Sebut Sebagian Kasus Kemandulan Berasal dari Suami, Apa Penyebabnya?

Titik Kumpul Lifestyle – Pakar Obstetri dan Ginekologi Profesor Dr. Tono Giuvantono menemukan bahwa beberapa kasus infertilitas bisa disebabkan oleh faktor pria atau pria. Oleh karena itu, tes kesuburan penting tidak hanya bagi wanita tetapi juga bagi pria.

Seperti diketahui, di Indonesia, stigma “infertilitas” kerap diterapkan pada perempuan. Faktanya, kemandulan bisa disebabkan oleh pihak wanita maupun suami. Gulir ke bawah untuk membaca detail selengkapnya!

“Itu stigma yang perlu diubah, sebagian stigma itu datang dari suami,” kata dr Tono mengutip putusan Titik Kumpul, Selasa, 25 Juni 2024.

Ia menjelaskan, infertilitas pria bisa disebabkan oleh kelainan sperma. Faktanya, penyakit sperma banyak terjadi di dunia.

“Kanker sperma terjadi pada 30 hingga 40 persen pria,” ujarnya. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari gaya hidup hingga kelainan.

Dokter Tono menyebutkan azoopermia, atau tidak adanya sperma dalam air mani saat pria mengalami ejakulasi. 

Kondisi azoospermia ini bisa disebabkan oleh kelainan genetik, penyumbatan saluran tuba, kelainan hormonal, atau kelainan kelenjar. “Tapi infertilitas itu bagian terbesarnya dari perempuan, tapi 30-40 persennya karena faktor suami,” ujarnya.

Di sisi lain, wanita atau pria bisa saja mengalami infertilitas. Hal ini juga disebabkan oleh berbagai faktor seperti gaya hidup atau masalah kesehatan seksual.

“Wanita yang sulit hamil mengalami kram menstruasi, kista, endometriosis, adenomiosis, dan yang paling parah di klinik kami saat ini adalah infeksi tuba falopi. Kalau tuba pecah, tidak mungkin hamil,” jelas dr Tono.

Jadi sebaiknya perhatikan kehidupan atau gaya hidup Anda sebelum dan sesudah menikah. Jangan sampai obesitas menyebabkan masalah kesuburan, ujarnya.

Hindari juga rokok dan stres yang dapat mengganggu produksi dan merusak sperma. “Istri selalu disalahkan, lalu suami kadang tidak mau memeriksa. Ini salah. Padahal yang paling murah dan mudah adalah memeriksa dulu orangnya, karena faktor manusianya 30-40 persen,” ujarnya. .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *