Yogyakarta – Kabar duka datang dari dunia bulu tangkis. Atlet muda Tiongkok Zhang Zhi Jie meninggal saat berlaga di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia 2024.
Kompetisi tingkat junior dilaksanakan di GOR Among Rogo, Yogyakarta. Dari video yang diunggah di media sosial, Zhang Zhi Jie terlihat tertawa-tawa di lapangan dan shock saat bertanding melawan pemain tunggal putra Jepang Kazuma Kawano.
Saat ia pingsan, tim medis tidak segera menemui Zhang Zhi untuk memberinya pertolongan pertama. Atlet muda tersebut kemudian dirujuk ke RSPAU Hardjolukito namun kondisinya belum stabil.
Tim resmi Tiongkok meminta Zhang Zhi Jie segera dilarikan ke RS Sardjito untuk operasi lebih lanjut, karena peralatan di sana lebih canggih. Tim medis kemudian melakukan CPR selama 1,5 jam, namun tidak ada respon dari Zhang Zhi Jie. Hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada pukul 23.20 WIB akibat serangan jantung mendadak.
Sebagai bagian dari staf medis, Dr. Tirta menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya atlet Tiongkok tersebut. Melalui unggahan di akun TikToknya, dokter jebolan UGM ini menjelaskan kemungkinan gangguan kesehatan yang dihadapi Zhang Zhi Jie.
Menurutnya, ketika seorang pemain bulutangkis pingsan (terjatuh dan tergeletak di lapangan dalam keadaan kejang-kejang), maka terjadi gangguan listrik pada jantung atau aritmia yang menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh, terutama otak. harus dikurangi secara signifikan.
Meninjau video yang beredar, Dr Tirta menyimpulkan ada dua kemungkinan skenario yang dihadapi pebulutangkis dari tenda bambu tersebut.
“Jika tidak, fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel,” kata Dr. Tirta.
Selain itu, ayah dua anak ini menjelaskan standar operasional prosedur (SOP) bahwa ketika seseorang didiagnosis mengalami kelainan listrik pada jantung atau aritmia yang menyebabkan kondisi Zhang Zhi Jie, pertolongan harus tersedia dalam waktu setidaknya penundaan. satu atau dua menit.
Pertolongan pada dua menit pertama merupakan masa yang penting karena dapat memperpanjang umur atlet. Oleh karena itu, sebaiknya Anda segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika waktu ini tidak dimanfaatkan dengan baik, besar kemungkinan nyawa manusia tidak terselamatkan.
Sejak tragedi Zhang Zhi Jie, ia berharap ada evaluasi menyeluruh baik dari panitia penyelenggara, tim medis, maupun Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) terhadap penanganan awal pasien. Pasalnya hingga saat ini tim medis harus menunggu persetujuan wasit untuk merawat atlet di lapangan.
Hal ini sangat memakan waktu, apalagi olahraga kompetitif memiliki risiko tinggi terjadinya gangguan jantung. Oleh karena itu diperlukan respon dari tim medis tanpa perlu izin wasit karena situasi tersebut membahayakan nyawa atlet.
“Pada akhirnya olahraga apa pun yang bersifat kompetitif pasti ada lawannya dan itu memacu adrenalin dan ada pialanya. Menang atau kalah itu sangat berbahaya. Sekalipun dilakukan oleh orang yang sudah rutin berlatih. tidak jauh dari jantung. Berperan penting dalam menyuplai darah ke seluruh tubuh, jelas dr.
Penggemar Liverpool ini juga memperingatkan para penggemar olahraga saat memainkan olahraga kompetitif. Atlet terlatih dan berpengalaman masih berisiko meninggal akibat gangguan jantung saat berolahraga. Apalagi sebagai masyarakat awam yang jarang berolahraga, kita harus lebih berhati-hati lagi.
“Bagi yang berminat, asal berlatih sesuai program dan tidak perlu ekstrem,” tutupnya.