JAKARTA – Penyakit diabetes yang identik dengan lansia, tidak lagi bergantung pada usia. Faktanya, semakin banyak generasi muda yang terkena diabetes jenis ini.
Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes tipe 1 pada anak di bawah 18 tahun di Indonesia sebesar 70 kali lipat antara tahun 2010 hingga 2023.
Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat Indonesia menempati urutan pertama sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes tipe 1 tertinggi di kawasan Asia Tenggara, mencapai 41,8 ribu jiwa pada tahun 2021 dan terus meningkat hingga 643 juta jiwa pada tahun 2030. Faktanya, jumlahnya meningkat menjadi 783 juta pada tahun 2045. Situasi ini tentu mengkhawatirkan. Apa penyebab diabetes di usia muda?
Dr Conform Tirtha Mandira Hudhi, pakar kesehatan dan pengaruh, mengatakan salah satu penyebab utama diabetes di usia muda adalah konsumsi minuman manis kemasan instan.
“Apa itu diabetes pada anak muda? Minuman instan manis dalam botol yang jadi penyebabnya,” ujarnya dalam video yang diunggah ke Instagram.
Dr Tirtha mengatakan minuman kemasan manis itu ditemukan mengandung 20 gram gula di setiap botolnya. Mengonsumsinya memang efeknya tidak langsung terasa, namun efek jangka panjangnya bisa berakibat fatal.
“Efeknya baru terasa pada usia 40 tahun dengan risiko cuci darah,” kata Dr Pelerinaj
Tren hemodialisis atau cuci darah di usia muda memang sangat memprihatinkan. Ini adalah bukti nyata akan bahaya tersembunyi dari minuman manis instan.
Banyak orang menyalahkan nasi sebagai penyebab diabetes. Namun, dr Tirtha telah mengoreksi anggapan tersebut.
“Kita punya pilihan asupan (gula) dari mana. Kalau sudah makan gula beras, jangan minum minuman manis,” jelasnya.
“Diabetes di kalangan anak muda sebenarnya bukan disebabkan oleh nasi. Sayang kalau nasi dikritik,” lanjutnya.
Menurutnya, beras tetap penting sebagai sumber energi. Padahal, minuman manis dalam kemasan yang tidak memiliki manfaat bagi tubuh justru mendatangkan penyakit.
Menjaga kadar gula darah dalam batas normal merupakan kunci untuk mencegah diabetes. Cara yang mudah adalah dengan berjalan kaki. Namun konsistensi dan disiplin menjadi kunci utama. Lakukan secara rutin dan tingkatkan intensitasnya secara bertahap.
“Berjalanlah sejauh 5.000 kaki sehari,” saran dokter. Ziarah
“Kalau jalan mantap berarti kestabilan bertambah. Bisa pilih mau lari, mau main bulutangkis, mau main sepak bola, mau main basket, atau ke gym,” lanjutnya.
Dr Tirtha juga menekankan pentingnya olahraga teratur. Menurutnya, olahraga yang baik dilakukan secara rutin untuk mencegah penyakit diabetes. Hindari diet ekstrim dan olahraga yang dapat membahayakan kesehatan Anda.
“Jangan lakukan itu. Orang yang punya fomo olah raga biasanya ingin langsung mendaki, meski fisiknya tidak sehat,” ujarnya.
“Dia belum siap secara fisik. Jadi secara bertahap kurangi apa yang bisa dilakukan dalam sehari,” ujarnya.
Ia juga mengatakan untuk mengurangi gula, gorengan, dan makanan tidak sehat lainnya. Agar tubuh tidak kaget dengan perubahan tersebut, imbuhnya.