PAPUA BARAT, Titik Kumpul – Berdasarkan kesenjangan dan sulitnya akses pendidikan bagi anak-anak di wilayah Papua, khususnya Pulau Mancinum di Papua Barat, seorang pemuda bernama Briscoe Jordi Dudi Padatu mendirikan Papua Future Project (PFP) pada tahun 2020. Kini organisasi PFP terus menjangkau pendidikan di daerah terpencil lainnya di Papua. Setelah meraih SATU Indonesia Awards 2022 dua tahun lalu, PFP kini menyoroti langkah anak-anak Papua di daerah lain untuk mendapatkan akses pendidikan.
Setiap minggunya, relawan PFP mengajak siswa untuk belajar dengan cara yang menyenangkan. Dengan berbagai program inovatif, anak tidak hanya belajar menulis, membaca, dan berhitung. Ia juga diperkenalkan dengan teknologi digital yang memberikan dampak positif bagi anak-anak di Papua Barat, khususnya Pulau Mancinum.
“Selain program inti membaca dan menulis, melalui pojok baca yang lengkap dengan buku-buku menarik dan relevan, PFP bertujuan untuk merangsang minat membaca anak-anak sejak usia dini. Serta meningkatkan literasi digital dengan memfasilitasi akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi. , yakni memberikan pelatihan dasar komputer untuk mempersiapkan anak menghadapi era digital. Selain itu, kata Jordi saat diwawancarai, Rabu, 6 November 2024. PFP bertujuan untuk mengembangkan berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti kepemimpinan, kerjasama tim, dan kreativitas anak-anak di seluruh Indonesia, dan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di luar negeri Jordi mengatakan untuk mencapai visi tersebut, PFP akan memperluas jangkauannya, terus berupaya memperluas programnya ke wilayah lain di Papua, Indonesia Timur, dan wilayah lain yang membutuhkan dukungan serupa. Untuk itu, Jordi mengaku terus berupaya melaksanakan program PFP agar bisa menjangkau bidang pendidikan lainnya dengan membangun kemitraan dan kolaborasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan swasta untuk mencapai tujuan bersama. sasaran. “Tentunya untuk meningkatkan kualitas program PFP, kami akan terus melakukan evaluasi dan pengembangan program secara berkala untuk memastikan efektivitas dan relevansi program dengan kebutuhan masyarakat,” kata Jordi. Jordi mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mendukung kelanjutan program PFP. PFP saat ini menerima dukungan dari negara mana pun untuk mendukung dana dan sumber daya bagi program ini. PFP didirikan atas dasar keprihatinan Jordi terhadap kesenjangan akses terhadap pendidikan di Pulau Mancinum, Papua Barat. Di Mama, akses terhadap pendidikan formal masih terbatas. Bukan sebaliknya, hanya ada satu SD di Manokwari yang sebagian besar gurunya tinggal. Untuk sampai ke sini Anda harus menggunakan perahu. Di sini pun anak-anak belajar hanya sekitar jam 9 pagi dan selesai pada jam 12 siang. Karena pembatasan tersebut, menurut Jordi, akses anak terhadap pendidikan menjadi terbatas. Melalui proyek Papua Future, ia berharap dapat membuat perbedaan yang signifikan dan menjangkau lebih banyak anak yang membutuhkan dukungan pendidikan di daerah terpencil lainnya di Papua. Program ini menaruh harapan besar agar anak-anak di Pulau Mancinum dan daerah lain di Papua bisa mengakses pendidikan tinggi. “Kami mempunyai harapan besar agar anak-anak Pulau Monsinum bisa meraih pendidikan tinggi. PFP berkomitmen memberikan dukungan penuh kepada anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, baik di dalam maupun luar negeri,” jelasnya. Jordi mengatakan dengan memperjuangkan akses pendidikan, diharapkan anak-anak dapat menjadi agen perubahan generasi penerus yang cerdas, berkarakter dan mampu berkontribusi terhadap pembangunan daerah dan bangsa Indonesia. “Dan dengan mewujudkan impian tersebut, PFP percaya bahwa setiap anak memiliki potensi yang luar biasa dan berhak mewujudkan impiannya,” ujarnya. Jordi, semasa mudanya mengerahkan banyak relawan untuk mengobarkan semangat pendidikan. Dedikasi Jordi terus menginspirasi Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia dalam semangat “Bersama, Berkarya, Berkelanjutan”.