FOMO vs JOMO: Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan Mental?

VIVA – Jika Anda sering merasa kesal saat melihat teman Anda jalan-jalan atau nongkrong di media sosial, mungkin Anda sedang mengalami FOMO (Fear of Missing Out). Sebaliknya jika Anda merasa tenang dan bahagia saat memilih untuk tidak mengikuti kegiatan tersebut, Anda akan mengalami JOMO (Joy of Missing Out).

Namun, sebenarnya mana yang lebih baik untuk kesehatan mental kita? Yuk, kita bahas lebih detail kedua konsep ini dan pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari. apa itu FOMO?

FOMO adalah rasa takut melewatkan momen penting atau menarik, terutama saat kita melihat orang lain mengalami pengalaman yang tampaknya menyenangkan. Sumber utama FOMO saat ini adalah media sosial, di mana kita disuguhkan dengan kehidupan orang lain yang tampak sempurna, entah itu pesta besar, liburan ke luar negeri, atau tonggak penting dalam karier. Semua hal tersebut bisa membuat kita merasa tertinggal atau ‘kurang’ dibandingkan orang lain.

FOMO seringkali bermula dari perasaan ingin tetap terhubung dengan lingkungan sosial dan keinginan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang cenderung selalu ada. Kita merasa takut ketinggalan, baik itu tren teknologi terkini, gaya hidup, atau bahkan perbincangan hangat antar teman

Anda mungkin mengira FOMO hanyalah perasaan tidak nyaman sesaat, namun jika dibiarkan, FOMO bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. FOMO dapat meningkatkan perasaan cemas, rendah diri, dan perasaan tidak puas. Perasaan harus selalu mengejar ketertinggalan dan membandingkan diri dengan orang lain bisa memicu kelelahan mental. Ketika kita terlalu fokus pada apa yang kita butuhkan, seringkali kita lupa apa yang sebenarnya kita punya dan bisa kita syukuri.

Kondisi ini bisa menimbulkan stres berkepanjangan, bahkan pada beberapa orang berujung pada perasaan depresi. Selain itu, orang yang mengalami FOMO seringkali cenderung mengabaikan kesehatan fisik dan mental karena terus mengikuti kesenangan atau tren yang dilihatnya di media sosial.

Sedangkan JOMO atau Joy of Missing Out adalah kebahagiaan yang muncul ketika kita secara sadar memilih untuk tidak mengikuti kegiatan sosial tertentu. Misalnya ketika kita memutuskan untuk tidak datang ke suatu pesta atau acara karena lebih memilih istirahat di rumah, itulah salah satu bentuk JOMO. Daripada merasa cemas karena ketinggalan, kami justru merasa puas dan menikmati waktu.

JOMO menawarkan kesempatan untuk terhubung dengan diri sendiri, menemukan kedamaian, dan melepaskan diri dari tekanan sosial yang seringkali terasa membebani. Dengan JOMO, kita bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup kita, tanpa terpengaruh oleh tuntutan dari luar. Efek JOMO pada Kesehatan Mental

Banyak pakar kesehatan mental menganggap JOMO sebagai cara yang lebih sehat untuk menghadapi dunia yang serba cepat. JOMO dapat menghadirkan ketenangan, membantu kita fokus pada diri sendiri, dan mengurangi stres akibat tekanan sosial. Meluangkan waktu untuk diri sendiri dan menghargai momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan kesejahteraan mental kita.

Selain itu, JOMO memungkinkan kita untuk lebih penuh perhatian atau hadir sepenuhnya di setiap momen yang kita jalani. Dengan memilih untuk tidak terus-menerus terhubung dengan media sosial atau lingkungan eksternal, kita bisa merasakan kedamaian batin yang sulit dicapai jika kita terus-menerus terjebak dalam lingkaran sosial FOMO vs JOMO: Kapan yang satu lebih baik dari yang lain?

Jadi apakah FOMO selalu buruk dan JOMO selalu baik? Tentu saja tidak. Keduanya memiliki tempatnya masing-masing dalam hidup kita, tergantung situasinya. Ada kalanya FOMO bisa menjadi motivator positif, dan ada kalanya JOMO lebih diperlukan untuk menjaga kesehatan mental kita. Manfaat FOMO Motivasi untuk tetap bersilaturahmi FOMO bisa mendorong kita untuk lebih aktif bersosialisasi, bertemu orang baru, dan lain-lain . menjelajahi pengalaman yang berbeda. Keluar dari zona nyaman Terkadang, FOMO dapat memotivasi kita untuk mencoba hal-hal baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, seperti menghadiri suatu acara atau memulai proyek baru. Kekurangan FOMO: Kecemasan Berlebihan Terlalu fokus pada apa yang kita perlukan dapat menimbulkan kecemasan berlebihan dan mengurangi rasa puas terhadap hidup sendiri. Kelelahan mental Terus menerus membandingkan diri dengan orang lain bisa berujung pada kelelahan dan perasaan ‘tidak cukup’, padahal banyak hal yang patut kita syukuri. Manfaat JOMO Kedamaian batin JOMO memberi kita kesempatan untuk beristirahat, berpikir dan menikmati waktu sendirian tanpa merasa tertinggal dalam lingkungan sosial. Prioritas yang lebih jelas Dengan JOMO, kita dapat lebih fokus pada hal-hal yang penting bagi kita, tanpa harus menyerah pada tren sosial yang tidak sesuai dengan tujuan hidup kita. Kekurangan JOMO

Kurangnya kesempatan bersosialisasi Terlalu sering menarik diri dari aktivitas sosial bisa membuat kita kehilangan momen-momen penting dalam hidup bersama teman atau keluarga. Menutup diri Meskipun JOMO bisa menimbulkan rasa damai, memilih untuk terlalu sering menyendiri juga dapat menyebabkan isolasi sosial. Bagaimana cara menyeimbangkan FOMO dan JOMO?

Kunci utama menghadapi FOMO dan JOMO adalah keseimbangan. Berikut beberapa tips untuk menjaga keseimbangan keduanya: Kenali tanda-tanda FOMO berlebihan Jika Anda mulai merasa cemas setiap kali melihat orang lain bersenang-senang di media sosial, bisa jadi itu pertanda Anda mengalami FOMO berlebihan. Cobalah untuk tidak selalu membandingkan diri Anda dengan orang lain.   Kelola FOMO dengan bijak Batasi waktu yang Anda habiskan di media sosial. Semakin banyak waktu yang Anda habiskan di media sosial, semakin besar kemungkinan Anda mengalami FOMO. Fokuslah pada hal-hal yang membuat Anda bahagia, bukan pada hal-hal yang berada di luar kendali Anda.   Berlatih JOMO tanpa merasa FOMO Cobalah menikmati momen tenang tanpa merasa bersalah. Latih diri Anda untuk lebih berhati-hati dalam beraktivitas sehari-hari. Sesekali, jadwalkan waktu untuk ‘detoksifikasi digital’ agar Anda benar-benar bisa menikmati waktu sendiri tanpa gangguan apa pun.   Menjaga komunikasi JOMO yang sehat bukan berarti menutup diri sepenuhnya dari dunia luar. Dari waktu ke waktu, tetaplah terlibat dalam aktivitas sosial yang menurut Anda menyenangkan dan bermanfaat. FOMO dan JOMO dalam perspektif jangka panjang

Dalam jangka panjang, FOMO dapat mempengaruhi hubungan sosial dan karier. Anda mungkin merasa harus selalu mendapat informasi terbaru dan terhubung dengan semua orang, namun kualitas hubungan yang Anda bentuk mungkin dangkal. Sebaliknya, JOMO memberikan ruang untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan bermakna. Memilih untuk menyeimbangkan FOMO dan JOMO akan membantu menjaga kesehatan mental dan kepuasan hidup.

Tidak ada jawaban pasti mana yang lebih baik, FOMO atau JOMO. Keduanya penting dan memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan kita. Terkadang FOMO dapat mendorong kita untuk berkembang, dan di lain waktu JOMO memberikan kedamaian yang dibutuhkan. Yang penting adalah memahami kapan kita perlu terlibat dan kapan waktunya istirahat. Dengan memahami kebutuhan Anda sendiri, Anda dapat menjalani hidup yang lebih bahagia dan sehat secara mental.

Jadi, mulai sekarang cobalah untuk mengatur ulang kebiasaan digital Anda. Jangan takut meluangkan waktu untuk diri sendiri, dan jangan ragu untuk tetap menjalin silaturahmi dengan orang-orang terdekat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *