Gaikindo Soroti Impor Truk Bekas di Area Pertambangan

JAKARTA, Titik Kumpul – Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Kaikindo) menyoroti adanya impor truk dari China ke Indonesia.

Diketahui, sejak tahun lalu, produk truk bekas asal China mulai banyak digunakan di kawasan pertambangan.

Asosiasi Industri Truk Indonesia (Aptrindo) mengaku kepada Titik Kumpul beberapa waktu lalu, pertumbuhan truk China di pasar Indonesia semakin meningkat dan dinilai mampu bersaing dengan truk asal Jepang.

Sekretaris Jenderal Kaikindo Kuku Kumara mengatakan, pengaduan telah diterima dari Agen Pemegang Merek Kendaraan Niaga (ATPM) terkait impor truk bekas.

“Untuk kendaraan niaga, kemarin kami mendapat keluhan dari teman-teman anggota, truk bekas masih diimpor,” ujarnya mengutip Titik Kumpul di Kuningan, Jakarta.

Cook juga meminta data impor truk bekas di wilayah pertambangan Indonesia.

“Saya tanya apakah ada datanya. Kalau datanya tidak ada, kita tidak akan ikuti karena itu hanya hoax atau apa. Lalu kita cari, dan itu memakan waktu lama,” kata Kukuh.

Terungkap ada sekitar 8.000 kendaraan niaga asal China.

Kukuh mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan kepada Menteri Perindustrian bahwa kapal feri bekas tersebut tidak akan digunakan.

“Kami sudah bilang ke Menteri Perindustrian, kami tidak mau ada truk bekas. Tapi ternyata truk impor atau full built up (CBU) yang dipakai langsung di tambang, jumlahnya ada 8.000. Masih meningkat,” jelasnya.

Dia menambahkan: “Bahkan jika kita bisa memproduksi kendaraan ini,”

Namun setelah dilakukan penelusuran, Guguh mengungkapkan bahwa penggunaan truk bekas asal China sebenarnya tidak sepenuhnya salah.

Sebab, perusahaan pertambangan yang membutuhkan kendaraan niaga dapat mengimpor truk tersebut sebagai barang modal melalui Agen Pemegang Merek (APM), ujarnya.

Dalam kasus ini, truk asal China diperbolehkan masuk ke Indonesia.

Namun Kuku menegaskan, koordinasi antar pihak terkait sangat penting untuk memastikan produk impor sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang ada.

“Truk-truk tersebut bisa kami produksi asalkan di luar kapasitas produksi lokal kami,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kerja sama dan koordinasi yang lebih baik untuk memanfaatkan potensi yang ada di dalam negeri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *