LANGSUNG – Banyak cerita yang tertinggal di hadapan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Maruli Simajuntak, di Gunung Hejo, Darangdan, Purwakarta, Jawa Barat.
Nah, selain membuka lahan seluas 200 hektare yang ditanami 55.000 pohon buah-buahan, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak juga mengapresiasi prajurit TNI yang seharusnya menjaga Pemerintah Republik Papua di Bumi Cenderawasih.
Pertemuan Pak Maruli dengan tentara di Papua terjadi melalui komunikasi video gabungan jarak jauh alias Vicon.
Ternyata Satgas Habema sedang mengadakan lomba paduan suara antar unit yang diikuti oleh masyarakat setempat. Kegiatan ini selain bertujuan untuk merayakan Natal, juga mempererat tali persaudaraan antara prajurit dan warga.
Kelompok paduan suara individu tampil bernyanyi bersama menggunakan alat musik improvisasi. Dan Pak Maruli sebagai hakimnya.
Pak Maruli terkadang mengajak warga ngobrol, apalagi saat Paduan Suara Satgas Yonif 509/Balawara Yudha Kostrad tampil di Intan Jaya.
Padahal, Intan Jaya punya kesan tersendiri pada Pak Maruli. Sebab dahulu kala, saat masih menjabat Gubernur Kostrad, lulusan Akademi Militer tahun 1992 itu hadir untuk menghidupkan kembali kejayaan prajurit elite Tentara Bone yang dipimpin Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila. orang-orang yang sudah menunggu bertahun-tahun karena teror OPM.
Singkat cerita, semua kontestan sudah tampil dan saatnya Pak Maruli menentukan siapa pemenangnya.
“Karena semuanya berjalan baik, saya kasih hadiah semuanya. Saudara minta hadiah, saya harap kita siapkan,” kata Jenderal TNI Maruli.
Ya, saat itulah Lord Maruli mulai menggemparkan perut seluruh penonton yang hadir di Gunung Hejo dengan berbagai candaan di kalangan masyarakat Papua.
Titik Kumpul Militum tidak akan mencantumkan semua lelucon Guru Maruli, karena banyak, tapi sedikit.
Saya menganggap sejarah adalah anugerah. Satu demi satu, perwakilan kelompok paduan suara muncul di layar Vicon untuk membawakan hadiah yang mereka inginkan kepada Lord Maruli.
Duta besar masyarakat Posramil Homeyo muncul lebih dulu. “Kami suka Natal, Pak,” kata warga itu.
“Apa itu hadiah Natal?”
“Seperti babi, Pak,” kata warga itu.
“Babinya kecil atau besar? Dikirim ke sana ke mana? Untuk jalan-jalan sampai Natal, di sana,” kata Pak Maruli sambil bercanda dengan warga.
Ucapan Pak Maruli langsung membuat semua yang hadir tertawa. Beberapa tokoh tingkat tinggi tertawa lebih moderat.
Hati-hati, Homeyo bukan bidang yang mudah lho. Karena Papua Tengah sebenarnya berada di dalam pegunungan, transportasi hanya melalui udara.
Kepada Pak Maruli…
Kemudian perwakilan warga Oksibil muncul di layar. Dia menginginkan alat musik untuk Natal.
“Nama saya Yohanis Papiza, kami ingin alat musik untuk Natal,” kata warga tersebut.
“Alat musik apa? Ember,” canda Pak Maruli kepada warga.
Dan lagi-lagi tawa pun pecah di Gunung Hejo.
“Iya, alat musik itu saya pakai ember-ember itu,” kata Pak Maruli.
Kemudian muncul perwakilan warga Puncak dibantu Yonif Raider 323/Buaya Putih Kostrad.
“Hadiah ATV sama dengan pemberian Santa,” kata warga tersebut.
“Bersepeda gunung? Bagaimana cara keluarnya? Berapa harganya?”
“Ayah, saya ingin memasak daging babi,” kata warga tersebut.
Mendengar hal itu, Pak Maruli tertawa terbahak-bahak.
“Tidak ada lagi babi, tidak ada lagi babi. Keluarkan babi-babi itu suatu hari nanti. Laporkan lagi nanti,” kata Pak Maruli.
Saat itu, yang hadir merupakan perwakilan warga Intan Jaya.
“Kami menginginkan lampu ayah saya, lampu rumah, lampu jalan, dan hadiah Natal,” kata pasangan itu.
“Hadiah ulang tahun apa, uang?”
“Babi, Tuan,” kata pendeta itu.
“Pada akhirnya, itu babi yang berbeda,” canda Pak Maruli.
Dan sekali lagi penonton pun tertawa terbahak-bahak mendengar candaan Pak Maruli.
“Baiklah semuanya, semoga kita bisa merayakan Natal, saatnya menyiapkan bingkisan Natal di tempat-tempat ini,” kata Pak Maruli.