Geopark Maros Pangkep, Beranda bagi Keajaiban Geologi dan Budaya di Sulawesi Selatan

VIVA – Geopark Maros Pangkep di Sulawesi Selatan (Sulsel) telah diakui sebagai geopark global kedelapan di Indonesia yang masuk dalam Jaringan Geopark Global UNESCO 2023 dengan 17 geopark di berbagai wilayah di dunia

Keputusan ini berdasarkan keputusan yang diambil pada sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, Prancis, pada Rabu 14 Mei 2023.

Bagi Gubernur Sulsel Andi Sudirman Suleiman, pencapaian tersebut merupakan sebuah prestasi besar yang merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dan Badan Pengelola Geopark.

Perkumpulan ini penting bagi pemerintah sejak didirikan pada tahun 2015, kemudian diberi status geopark nasional pada tahun 2018, dan pada tahun 2023 diakui sebagai geopark internasional.

Temukan Geopark Maros Pangkep

Pemaparan dari laman Geopark Maros-Pangkep, geopark merupakan kawasan yang mempunyai ciri-ciri geologi penting – dengan nilai arkeologi, ekologi, dan budaya di dalamnya. Di geopark ini, masyarakat lokal diajak untuk berpartisipasi dalam perlindungan dan peningkatan warisan alam.

Geopark Nasional Maros-Pangkep terletak di dua wilayah yaitu: Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Secara administratif wilayahnya meliputi wilayah seluas 223.629 hektar (ha) dan Kepulauan Terumbu Spermonde seluas 88.965 ha.

Geopark Maros-Pangkep mempunyai keunikan di kawasannya dengan rangkaian menara karst tinggi yang tersusun dari batuan kapur yang berbeda-beda. Geopark Maros-Pangkep memiliki tiga keistimewaan penting dibandingkan kawasan karst lainnya. Pertama, merupakan rumah bagi menara karst terbesar di Indonesia dan kedua di dunia setelah China.

Kedua, Geopark Maros Pangkep yang memiliki 31 geosite, termasuk Kompleks Melange Bantimala, batuan padat berusia sekitar 500 juta tahun yang menunjukkan terbentuknya Pulau Sulawesi.

Ketiga, terdapat reef island atau pulau karang di geopark bernama Kepulauan Spermonde ini. Ketiga hal inilah yang menjadikan tempat ini sebagai harta karun dunia. Sangat cocok untuk wisatawan dan ahli geologi, arkeolog dan peneliti ilmiah lainnya.

Geopark Maros Pangkep memiliki lebih dari 500 gua dan tempat menarik lainnya

Geopark Maros Pangkep memiliki sekitar 500 gua yang dihuni manusia prasejarah, salah satunya adalah lukisan tertua di dunia di Leang Tedong yang berusia 45.500 tahun. Jutaan spesies kupu-kupu hidup di sini, sehingga mendapat julukan “Kerajaan Kupu-Kupu”.

Di sebelah Geopark Maros Pangkep terdapat Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang menjadi rumah bagi banyak spesies flora dan fauna.

Bagi yang ingin perjalanan santai, menginaplah di Desa Wisata Rammang-Rammang. Destinasi wisata ini hadir untuk meningkatkan potensi wisata wilayah Maros-Pangkep. Desa wisata ini terkenal dengan aktivitas budayanya seperti tarian tradisional Paduppa yang melayani para pengunjung.

Sebelum Covid-19 melanda Tanah Air, desa wisata Rammang-Rammang dikunjungi hingga 50 ribu wisatawan. Tentu saja hal ini berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat setempat.

Selama di Rammang-Rammang wisatawan dapat menikmati produk-produk ekonomis seperti oleh-oleh tradisional berupa kerajinan daun lontar serta mahakarya kuliner seperti buah-buahan, ikan, dan ikan kambu. Ada juga homestay dan restoran di area tersebut.

Bagi pecinta olah raga terdapat olah raga air dan menyelam di salah satu dari 120 pulau kelompok Spermonde. Pulau terpopuler adalah Kapoposang Pangkep dengan 14 lokasi penyelaman yang menarik perhatian para penyelam. Empat yang paling populer adalah Januar Point, Aquarium Point, Shark Point dan Tanjung Point.

Perjalanan ke Geopark Maros Pangkep

Untuk berkeliling Geopark Maros Pangkep, Anda bisa menggunakan angkutan umum dari Kota Makassar seperti DAMRI, rekanan bus atau layanan bus online seperti Gojek, Grab dan Maxim. Jarak tempuh Makassar ke geopark antara 42 menit hingga 1 jam.

Bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke Geopark Maros Pangkep dapat menggunakan perahu atau carter boat dari Bosova Marina (Makassar), Desa Popsa (Makassar), Pelabuhan Paotere (Makassar), Pelabuhan Mackini Baji (Pangkep) dan Sungai Pangkajene/Kali ( Pangkep).

Kawasan geopark yang memiliki situs warisan lingkungan, budaya, dan arkeologi yang penting ini akan dikelola secara hati-hati melalui pendekatan terpadu yang melibatkan konservasi, pendidikan, penelitian, dan pariwisata berkelanjutan.

Melalui konsep geopark, para pemangku kepentingan didorong untuk bekerja sama, mendorong pengembangan kegiatan pariwisata dan konservasi, pendidikan geosains, kesadaran lingkungan, pelestarian warisan budaya, dan pembangunan berkelanjutan di geopark.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *