JOMBANG – Doktrin Islam tidak memperbolehkan umatnya memboikot hal-hal yang mereka klaim berkaitan dengan Israel tanpa bukti yang cukup. Sebab tindakan tersebut dapat merusak reputasi perusahaan.
“Dalam Islam, tidak diperbolehkan mengambil keputusan secara sewenang-wenang. Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng (BWPT) sekaligus pengelola Pondok Pesantren Seblak Salafiyah ini mengatakan, “Semua harus wajar, harus ada undang-undangnya, harus ada batasannya, harus ada keseimbangan.” Jombang, segera. Gulir ke bawah untuk mengetahui lebih lanjut.
Menurutnya, ejekan, fitnah, dan fitnah dalam Islam bisa saja terjadi.
“Dalam Islam, fitnah lebih buruk dari pembunuhan,” ujarnya.
Sebaliknya, lanjut mereka, memboikot dan mengorganisir orang, orang atau kelompok untuk menarik perhatian masyarakat agar bersatu dan memaksa Israel menghentikan serangan militer terhadap Palestina.
“Namun, tidak ada alasan untuk memboikot hal-hal yang dikatakan berhubungan dengan Israel tanpa bukti. Faktanya, sejauh ini belum ada yang memastikan, termasuk MUI dan Kominfo, ujarnya.
Hal ini membuktikan bahwa hal tersebut berkaitan dengan Israel, menurut Halim, seharusnya faktanya jelas. Selain itu, harus ada standar yang menentukan apakah produk tersebut mendukung Israel atau tidak.
Artinya harus ada kelompok seperti itu. Kalau tidak ada namanya sukarela karena tidak ada yayasan yang digunakan, sesuai hukum agama dan pemerintah,” ujarnya.
Mengatakan belum ada organisasi yang memastikan daftar nama tersebut disebut membantu Israel, Halim mengatakan yang terjadi adalah cerita tersebut tersebar luas.
“Dari sinilah masyarakat menjadi pengangguran dan masyarakat menjadi bias dalam pendistribusiannya seperti yang terjadi di daerah ini.
Dia melihat boikot yang dilakukan saat ini terhadap apa yang disebut-sebut terkait dengan Israel hanyalah sebuah penyesalan.
“Jadi yang terjadi adalah bias menilai apakah ini tidak sesuai dengan Palestina atau tidak sesuai dengan Palestina karena tidak ada hukum, tidak ada undang-undang,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta umat Islam menahan diri dari fitnah, seperti berbohong tanpa bukti, dan tidak memfitnah.
“Kalau ada gunjingan atau gunjingan, itu hanya karena perasaan. Jika Anda mengatakan Anda tidak menyukai penindasan Israel, saya adalah pemimpinnya. Tapi pasti ada jalan keluarnya,” ujarnya.
Ia juga menemukan bahwa beberapa perusahaan sengaja menyebarkan berita tentang boikot pemilu karena mereka ingin membuat oposisi bertekuk lutut.
“Saya juga melihat isu boikot pertemuan tersebut semakin marak seiring dengan tuntutan persaingan komersial yang tidak sehat. “Harap diingat, hal-hal seperti itu tidak berakhir dengan satu kata karena mempengaruhi pergerakan seseorang atau suatu kelompok,” ujarnya.
Dahulu kala, seorang ilmuwan Indonesia, Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A. (Hons), Ph.D, mengatakan pemogokan ini tidak semudah yang dikira. Sebab, banyak hal yang perlu diperhatikan, termasuk sumber yang mengungkap apakah obat tersebut ada hubungannya dengan Israel atau tidak.
Menulis di laman Instagramnya @nadirsyahhosen_official, guru besar hukum Monash University itu mengatakan, saat ini banyak sekali website yang digunakan masyarakat untuk mencari listing di Israel. Namun jika membandingkan satu tempat dengan tempat lain, hasilnya bisa berbeda.
“Apa kebenarannya? Sulit atau sulit, bukan?” Ia menambahkan, seseorang yang memperoleh gelar doktor di bidang yurisprudensi Islam dari University of Singapore.
Dr. Nadirsyah juga berbicara tentang peluang bagi pengusaha lokal dan UMKM Indonesia untuk memasuki pasar akibat aksi mogok tersebut. Namun, dia mempertanyakan kemampuan UMKM memasuki pasar tersebut saat ini.
“Bisnis itu tidak semudah membalikkan tangan. Apakah UMKM bisa mempekerjakan tenaga kerja yang misalnya kehilangan pekerjaan karena mogok kerja?” Dia menjelaskan.
Kemudian Dr. Nadirsyah mengatakan, masyarakat seharusnya mengkritik, bukan sekedar mendukung dan bersimpati. Ada kebutuhan untuk mengungkapkan informasi tentang proses pengukuran dan verifikasi terkait sumber daya yang diambil untuk mendukung Israel.
“Hal ini untuk mencegah agar tidak berjalan baik dan tidak ada yang bisa berbuat apa-apa terhadap masalah perekonomian karena banyak yang kehilangan pekerjaan,” ujarnya.