JAKARTA, Titik Kumpul – Belakangan ini nama “Gus” tengah menjadi perbincangan masyarakat luas. Kontroversi tersebut dipicu oleh Gus Miftah yang dianggap tidak pantas bercanda dan dijadikan penjual es teh.
Banyak pihak yang mempertanyakan kelayakan penggunaan nama “Gus”. Namun pakar Rembang Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menyikapi situasi tersebut dengan tenang, humor, dan kata-kata bijak yang mendalam. Bahkan sambil bercanda, ia mengaku sebenarnya Gus.
Saat kuliah di salah satu universitas Islam di Indonesia, salah seorang jemaah bertanya kepada Gus Baha tentang asal usul nama “Gus” di Jawa dan bagaimana menyikapi konflik dengan Gus Miftah. Pertanyaan ini muncul karena nama ini dinilai sangat berguna sehingga patut ditanyakan dalam beberapa kasus.
“Nah, kalau saya yakin Gus itu asli, betul,” ucapnya sambil melontarkan candaan yang membuat penonton tertawa, kata YouTube Al Mutabarik, Jumat, 6 Desember 2024.
Sementara terkait kontroversi Gus Miftah, Gus Baha menilai pertanyaan tersebut provokatif. Gus Baha menjawab pertanyaan itu dengan santai dan bercanda sehingga mencairkan suasana.
“Itu (jawaban pertanyaannya) awalnya provokatif, semoga Allah Ta’ala mengampuni,” candanya.
Dia kemudian melaporkan kisah tersebut didukung oleh Nabi Musa. Dalam kisah ini Nabi Musa berdoa kepada Allah agar permohonannya dikabulkan, namun Allah menolaknya karena ada seorang di kalangan umatnya yang ingin agar ia mengabulkannya.
“Suatu ketika Nabi Musa berdoa istishka dan tidak ada doa yang diterima. Allah berfirman, ‘Di komunitasmu ada orang yang suka mengeluh, maka Aku tidak akan mengabulkan doamu.’ Lalu Nabi Musa berkata, ‘Iya, mudah saja. Katakan padaku maka aku akan mengeluarkannya’ tapi jawaban Allah lucu, ‘Aku tidak suka atau berhenti bersikap provokatif, kalau aku tunjukkan aku akan melakukannya.’ Menjelaskan.
Pesan dari cerita ini adalah pentingnya menghindari amarah yang bisa berujung pada situasi serius. Gus Baha mengatakan, ia biasanya mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.
Intinya Allah suka mengabaikan pertanyaan-pertanyaan yang provokatif, dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu seharusnya diabaikan oleh Allah. Jadi (jawabannya pasti) lihat masalahnya, masalah sebenarnya, ujarnya.