JAKARTA, Titik Kumpul – Para ilmuwan yang menggunakan James Webb Space Telescope (JWST) telah menemukan air kaya logam di inti asteroid.
Penemuan ini menunjukkan bahwa air ada dalam bentuk debu, yang dapat menjelaskan bagaimana benda langit ini terbentuk.
Asteroid 16 Psyche terletak di antara Mars dan Jupiter di sabuk planet utama. Jiwa itu ibarat kentang yang diameternya 280 kilometer. Awalnya para ilmuwan meragukan asteroid tersebut seluruhnya terbuat dari logam.
Permukaannya yang mengkilap telah membuat para ilmuwan berspekulasi bahwa Psyche mungkin adalah inti Bumi yang kaya akan zat besi, bahan penyusun planet yang menunjukkan bagaimana Bumi dan planet berbatu lainnya terbentuk.
Faktanya, menurut Live Science, nilai asteroid ini sekitar $100.000 per kaki persegi, menjadikannya tambang emas luar angkasa yang sesungguhnya.
Hipotesis tentang komposisi logam dalam jiwa ini memicu Misi Jiwa NASA. Misi tersebut diluncurkan pada Oktober 2023 dan diperkirakan akan mencapai asteroid tersebut pada tahun 2029 untuk studi lebih lanjut.
Namun, yang berkilau bukanlah emas, atau bahkan logam. Data baru yang dikumpulkan selama dekade terakhir mengenai spektrum kepadatan dan reflektansi Psikhe, yang mengukur intensitas panjang gelombang sinar matahari yang dipantulkan dari permukaan asteroid, menunjukkan bahwa Psikhe mungkin adalah dunia yang terdiri dari campuran silikat dan logam.
Pada tahun 2017, para ilmuwan menemukan jejak air di asteroid tersebut. Spektrum pada daerah inframerah menunjukkan adanya karakteristik satuan hidroksil (OH) yang merupakan bagian dari air.
Hasil ini menunjukkan bahwa mungkin ada sejumlah kecil air dalam bentuk es atau mineral terhidrasi di permukaan jiwa.
Namun, hasil ini tidak dapat dikonfirmasi karena spektrum yang dikumpulkan mungkin dipengaruhi oleh air di atmosfer bumi.
Untuk memastikan apakah Psyche benar-benar mengandung air, tim ilmuwan menggunakan instrumen inframerah JWST yang lebih canggih. Hasil terbaru mereka menunjukkan bahwa asteroid ini memiliki tanda hidroksil.
Yang lebih mengesankan lagi, data berkualitas tinggi memungkinkan para ilmuwan membandingkan meteorit dengan penanda hidroksil yang bersifat korosif. Hal ini menunjukkan bahwa hidroksil pada substrat dapat berikatan dengan logam dan menyebabkan korosi.
Meski data JWST tidak menunjukkan bukti jelas keberadaan air, para ilmuwan tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan tersebut.
Ini mungkin berada di bagian lain dari spektrometer air yang tidak terlihat oleh JWST, atau mungkin berada pada konsentrasi yang sangat rendah sehingga tidak dapat dideteksi.
Selain menjadi tanda korosi, hidroksil psikedelik memberikan petunjuk bagaimana asteroid tersebut terbentuk.
Jika hidroksil terbentuk di dalam asteroid, hal ini dapat menunjukkan bahwa halo terbentuk di batas luar tata surya yang dingin dan bermigrasi ke dalam seiring waktu.
Namun, bukti saat ini mendukung teori bahwa asteroid lain yang mengandung air bertabrakan dengan jiwa dan membentuknya.