Jakarta, Titik Kumpul -Anemia pada anak merupakan masalah yang cukup serius. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi anemia masih tinggi terutama pada anak dan remaja.
Berdasarkan data tersebut, diketahui prevalensi anemia pada anak usia 0 hingga 4 tahun mencapai 23,8 persen, sedangkan prevalensi anemia pada anak usia 5 hingga 14 tahun mencapai 15,3 persen, dan pada usia 15 hingga 24 tahun mencapai 15,5 persen. persen. . Gulir terus.
Anak yang mengalami anemia memang dapat mempengaruhi fungsi otak. Seperti diketahui, anemia ditandai dengan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah yang lebih rendah dari normal. Hemoglobin sendiri berfungsi mengangkut oksigen dan mengantarkannya ke seluruh jaringan tubuh. Kurangnya oksigen pada jaringan juga akan berdampak pada fungsi otak.
Mantan Menteri Kesehatan yang juga Ketua Dewan Komunitas Gastronomi Indonesia (IGC), Prof. Dr. Dr. Nila F. Moeloek mengungkapkan, anak yang mengalami anemia ternyata memiliki kemampuan belajar yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami masalah anemia.
“Anak kita yang anemia, kurang makan, kurang gizi, kemampuan pemahamannya rendah. Umumnya kalau anak kurang makan, ngantuk kan? Tidur kata guru tidak apa-apa.” .cepat dicerna Kita tunjukkan (penelitian) 3,04-3,8 kali lebih rendah, ujarnya saat ditemui tim media pada acara Pengantar Pendidikan Karakter Gastronomi Indonesia dari. Komunitas Gastronomi Indonesia di Jakarta Selatan, Sabtu 14 Desember 2024. .
Prof. Nila juga mengungkapkan, anak yang mengalami anemia harus mendapat gizi yang baik. Sehingga terjadi peningkatan gizi yang berdampak pada kemampuan pemahaman mereka ketika belajar di sekolah.
“Kalau diberi makan, daya tangkapnya bisa lebih tinggi. Beri makanan bergizi yang mengandung zat besi, seperti bayam, bisa dari sayuran, hati ayam mengandung zat besi. Jadi anemia bisa diperbaiki, atau diberi vitamin yang mengandung zat besi, dan itu bisa menjadi besi.” ” lanjutnya.