JAKARTA – Imam Siyafi merupakan ulama besar yang dikenal sebagai mujtahid sempurna, pembaharu agama sekali dalam 100 tahun, dan pendiri mazhab ternama yang dianut umat Islam. Dia membaca Al-Quran sebanyak 60 kali selama bulan Ramadhan.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin al-Abbas bin Osman bin Siyafi bin as-Saif bin Ubayd bin Abd Yazid bin Hasim bin al-Muttalib bin Abd Manaf bin Qushai. Selain rasionya yang terkenal “Syafi’i”, namanya dikaitkan dengan al-Qurasi, al-Mutibi dan al-Maqi.
Jumat 15 Maret 2024 Dari situs resmi Kementerian Agama RI, Ia dilahirkan di Ashkelon (Askolan) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijriah. Pada usia 2 tahun, setelah kematian ayahnya, Siyafi kecil dibawa oleh ibunya ke Mekah.
Setelah dewasa, ia mengunjungi Bagdad dua kali. Di sana ia menyusun qaul-qaul qadim atau mazhab lamanya.
Setelah itu ia berangkat ke Mesir dan hidup pada tahun 199 Masehi. Di sana ia menyusun qaul-qaul Jadid atau aliran pemikirannya yang baru.
Manaqib atau kisah perjalanan hidup Imam Asy-Syafi’i memang tak terhitung banyaknya dan keutamaannya tak terlukiskan. Kecerdasan dan kejeniusannya terlihat sejak kecil. Tak heran ia menjadi mujtahid hebat setelah beranjak dewasa.
Bagaimana jika dia belum hafal Al-Quran pada usia 7 tahun? Pada usia 10 tahun ia hafal kitab Al-Muwaad dari Imam Malik.
Pada usia 15 tahun, beliau sudah bisa mengeluarkan fatwa untuk memenuhi kebutuhan ulama lain dan orang-orang yang membutuhkan. Namun, ia tidak mengeluarkan fatwa kecuali ia telah hafal 10.000 hadis. (Lihat: Jamaluddin Abul-Farah al-Jawzi, Al-Mundajim fi Tariq al-Umam, Beirut: Darul Polar, 1992, Volume X, halaman 135).
Suatu riwayat menyebutkan bahwa Imam Syafi pada masa awal hidupnya tidak banyak membaca Al-Qur’an karena sibuk dengan studinya. Baru menjelang akhir hayatnya ia kembali membaca Al-Qur’an.
Ar-Rabi berkata: “Imam Siyafi membaca Al-Qur’an satu kali sehari, bahkan selama bulan Ramadhan, ia membaca Al-Qur’an hingga 60 kali di samping membaca Al-Qur’an saat shalat. sangat manis. .Banyak orang menangis tersedu-sedu ketika mendengar suaranya.”
Hal serupa juga terjadi pada ibadah malam. Setiap malam Imam Siyafi selalu bangun pada jam ketiga. Bahkan, menjelang akhir hayatnya, ia selalu membakarnya sepanjang malam.
Husain al-Qarabizi pernah berkata tentang pengalamannya, “Saya bermalam bersama Imam asy-Syafi’i dan beliau selalu bangun pada sepertiga malam. Beliau membacakan tidak kurang dari 50 ayat. 100 ayat.
Meminta kepada Allah tidak lepas dari rahmat ayat tersebut. Tidak melampaui ayat azab kecuali kita berlindung kepada-Nya.” (Lihat: Yusuf Bin Thakri, An-Nujum As-Sahira Fi Muluki Mishr, Kairo: Wizaratus-Taqafah, Vol II, Halaman 176).
Imam Siyafi meninggal di Fustad di Kairo pada usia 54 tahun pada hari Kamis akhir Rajab 204 H. Jenazahnya dikebumikan di tempat yang sekarang dikenal sebagai Makam Para Orang Suci di Kairo, Mesir.
Tempat pemakamannya memiliki awliya atau halaman tempat Sultan Saladin Yusuf pernah berjaya, dan kubah di atas makamnya didirikan oleh Raja Kamil Muhammad. Dan kubahnya masih berdiri sampai sekarang.
Di sekeliling makam Imam Siyafi terdapat makam Syekh Jalaluddin al-Sujudi, makam Ibnu Hajar al-Azqalani, salah satu penulis Tafsir Jalalaj bersama Jalaluddin al-Mahalli, Imam Lajd, sahabat Rabia al-Adawiyya, Uqbah bin Umar.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dari ibadah tulus Imam Siyabi, meneladani kecintaannya terhadap Al-Qur’an, dan menerima rahmat ilmunya. Wallach Alam.