Hentikan Sebelum Terlambat! Kenali 5 Tanda Self-Bullying pada Gen Z

VIVA – Generasi Z menghadapi tantangan unik yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya. Salah satu permasalahan yang paling mendesak adalah kasus penganiayaan atau penyiksaan diri.

Menyakiti diri sendiri mengacu pada pola pikir negatif yang berulang di mana seseorang mengkritik dirinya sendiri, tidak berharga, dan merasa tertekan atau cemas.

Dalam artikel ini, kita akan melihat 5 tanda seseorang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri dan mengapa penting untuk mengenalinya dan menghentikannya sebelum menjadi masalah yang lebih besar.

Bullying merupakan tindakan kekerasan atau penganiayaan. Hal ini dapat mencakup pikiran negatif, kritik yang tidak beralasan, dan perasaan yang tidak pantas. Tindakan menyakiti diri sendiri sering kali disebabkan oleh tekanan teman sebaya, pengaruh media sosial, dan ekspektasi yang tidak realistis. 5 tanda menyakiti diri sendiri

Kekerasan tidak hanya menjadi masalah psikologis, namun juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Berikut simbolnya.1. Kritik terhadap diri sendiri

Salah satu tanda-tanda menyakiti diri sendiri adalah kritik diri yang berlebihan. Generasi Z seringkali terjebak dalam mentalitas “tidak cukup baik”, dan mereka selalu menilai diri mereka sendiri dengan standar yang tinggi.

Misalnya, seorang siswa merasa A kurang baik dan mulai mencaci-maki dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya tidak berbakat atau tidak pantas dipuji.

Pikiran negatif tersebut menjadi siklus berulang yang sulit dihentikan. Orang yang mengkritik dirinya sendiri mengalami lebih banyak gejala depresi dan kecemasan, yang dapat membahayakan kesehatan mentalnya.

Mengakui bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan tidak ada seorang pun yang sempurna adalah langkah pertama untuk mematahkan pola pikir ini. Mempraktikkan rasa kasih sayang dan mengetahui bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran akan membantu Gen Z lebih mencintai diri mereka sendiri.2. Hindari interaksi sosial

Tanda lain seseorang melakukan intimidasi terhadap dirinya sendiri adalah kecenderungan menghindari interaksi sosial. Ketika seseorang merasa tidak mampu atau tidak berharga, mereka mulai menarik diri dari teman dan keluarga. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan harga diri Anda.

Mereka mungkin terlihat aktif di platform seperti Instagram atau TikTok, namun merasa kesepian dan terputus di dunia nyata. Menghadapi ketakutan Anda dan mencoba berhubungan dengan orang-orang terkasih dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kesehatan mental.3. Salahkan dirimu sendiri

Tanda ketiga dari tindakan menyakiti diri sendiri adalah kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri atas segala sesuatu yang tidak beres. Generasi Z sering kali bertanggung jawab penuh atas kegagalan di perguruan tinggi, pekerjaan, dan hubungan pribadi.

Misalnya, jika proyek perguruan tinggi tidak berjalan sesuai rencana, mereka mungkin merasa bahwa kegagalan tersebut sepenuhnya adalah kesalahan mereka, apa pun alasan lainnya.

Perasaan menyalahkan diri sendiri dapat menyebabkan kecemasan dan depresi. Khawatir tentang masa depan dan salahkan diri Anda sendiri atas ketidakpastian tersebut. Penting untuk diingat bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Tidak semua kesalahan dapat dikendalikan.

Menciptakan lingkungan di mana kegagalan dipandang sebagai kesempatan belajar akan membantu meringankan Gen Z dari beban kesalahan yang tidak perlu.4. Tidak menjaga diri sendiri

Salah satu tanda fisik dari tindakan menyakiti diri sendiri adalah kurangnya perawatan diri. Ketika seseorang terjebak dalam pola pikir negatif, ia mulai mengabaikan kebutuhan sehari-hari, seperti tidur yang cukup, makan dengan baik, dan menjaga kebersihan.

Perawatan diri penting untuk kesehatan mental. Melakukan aktivitas sehari-hari seperti berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, dan tidur yang cukup dapat meningkatkan mood dan meningkatkan rasa percaya diri.5. Perasaan yang tidak pantas

Merasa tidak berharga atau tidak berharga adalah salah satu tanda terbesar terjadinya penindasan. Kebanyakan setan merasa bahwa mereka tidak layak mendapatkan cinta, rasa syukur, dan kebahagiaan. Pikiran-pikiran ini membuat mereka menghindari pengalaman positif seperti hubungan baik dan kesuksesan pribadi.

Membandingkan diri Anda dengan orang lain di media sosial, di mana kehidupan orang lain tampak sempurna, hanya akan memperburuk perasaan tidak mampu tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi pikiran tersebut adalah dengan membuat daftar pencapaian dan hal-hal positif tentang diri Anda.

Mengetahui bahwa setiap orang memiliki karakteristik dan kelebihannya masing-masing dapat membantu meningkatkan harga diri mereka.

Gen Z merupakan generasi yang tumbuh dengan teknologi dan media sosial yang dapat mempengaruhi cara mereka memandang diri sendiri dan dunia di sekitar mereka. Tekanan untuk tampil menarik di media sosial bisa menjadi sumber stres yang besar.

Selain itu, masalah kesehatan mental sedang meningkat di kalangan Generasi Z, dengan banyak laporan mengenai depresi dan kecemasan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh kelompok dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak dan Pendidikan Remaja Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia mencoba menangkap perubahan emosi anak muda berusia 16 hingga 24 tahun dari seluruh Indonesia melalui pencarian online.

95,4% melaporkan mengalami gejala depresi dan 88% melaporkan mengalami gejala depresi pada usia ini.

Penelitian ini mendukung temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa 1 dari 4 anak muda saat ini memiliki masalah kesehatan mental. Cara mengatasi bullying sendiri.

Menurut Psychology Today dan Huffington Post, Anda dapat mengatasi perundungan atau pelecehan dengan melakukan langkah-langkah berikut: 1. Waspadai perilaku perundungan.

Langkah pertama adalah menyadari bahwa perilaku Anda adalah bentuk tindakan menyakiti diri sendiri. Penting untuk mengenali dan memahami apa yang terjadi saat Anda ditindas. Perhatikan atau ingat bagaimana perasaan ini membuat Anda sedih.

Setelah Anda mengetahui hal ini, perlahan-lahan ubah fokus Anda. Jika Anda mengalami kesulitan, cobalah memikirkan keluarga atau teman dekat Anda. Karena mereka menerimamu apa adanya, mereka akan menyayangimu, memperlakukanmu dengan baik, mereka tidak akan mengganggumu 2. Pahami dan pikirkan

Cobalah untuk mengingat ketika Anda mengkritik diri sendiri. Kapan dan mengapa hal ini terjadi? Misalnya, Anda mungkin tertarik untuk memenangkan berbagai kompetisi.

Di sini Anda dapat memahami bahwa kritik diri sering kali dijadikan sebagai latihan untuk menjadi lebih baik dan menunjukkan kepada orang lain bahwa Anda mampu. Ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian

Maka penting untuk dipahami bahwa Anda tidak sendirian. Merasa gagal, salah, atau gagal dalam hidup adalah bagian dari keberadaan manusia.

Penindasan terhadap diri sendiri juga bisa berubah menjadi penindasan terhadap diri sendiri, yaitu penindasan online yang menggunakan identitas palsu. Para ahli mengatakan cyberbullying masuk dalam kategori tindakan menyakiti diri sendiri (kanker) dan merupakan masalah yang berkembang di kalangan anak muda.

Bersikap kasar dalam mengkritik, mencela, atau mencela diri sendiri adalah bagian dari bullying yang harus diketahui oleh semua orang, baik tua maupun muda.

Jika Anda mempunyai masalah yang sulit diselesaikan sendiri, jangan ragu untuk berbicara dengan orang terdekat Anda atau berkonsultasi dengan psikolog/psikolog untuk membantu Anda menyelesaikannya. semakin parah dampaknya.

 

Mengenali tanda-tanda tindakan menyakiti diri sendiri penting untuk kesehatan mental, terutama bagi Gen Z yang menghadapi banyak tantangan di era digital ini. Dengan memahami dan menghadapi gejala-gejala ini, Anda dapat berhenti menyakiti diri sendiri dan menemukan rasa kasihan pada diri sendiri yang pantas Anda dapatkan.                                                                                               

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *