Highway Hypnosis Jadi Ancaman Pengendara Mobil di Jalur Contraflow

JAKARTA – Mudik sudah menjadi tradisi tahunan di Indonesia, banyak yang rela menghabiskan waktu puluhan jam di jalan untuk mencapai kampung halaman.

Tentu saja perjalanan ini sangat melelahkan apalagi bagi mereka yang memilih transportasi darat.

Berkendara berjam-jam di jalan tol dapat mengakibatkan kelelahan fisik dan mental, bahkan berisiko terkena hipnotis jalan raya.

Hipnosis jalan raya adalah suatu kondisi di mana pengemudi menghadapi lingkungan yang monoton dan menyebabkan hilangnya konsentrasi total.

Soni Susmana, selaku direktur pelatihan Safety Defence Consultants Indonesia (SDCI), menemukan seringkali pengendara terhipnotis saat berada di jalur rekayasa jalan Contraflow.

Risiko kecelakaan berkendara di jalur berlawanan jauh lebih tinggi karena pengemudi menempuh jarak yang lebih sedikit, namun jalurnya datar dan (pengemudi) mudah terhipnotis di jalan raya, kata Sony saat dihubungi. Titik Kumpul Otomotif, 2024, 8 April.

Ia menambahkan, jika pengemudi mengalami hipnotis di jalan raya, reaksinya akan lebih lambat karena kehilangan fokus, namun tetap sadar.

Beda dengan microsleep ya, di hypnosis pengemudinya masih sadar, tapi perhatiannya hilang. Di microsleep, kita kehilangan fokus sebelum tertidur, jelasnya.

Ia mengatakan, ada beberapa cara untuk mencegah hipnosis jalan raya yang membahayakan keselamatan pengendara.

“Pertama-tama mungkin bisa mengganti rekayasa contra-grafo dengan cara mengurangi resiko kecelakaan. Bisa saja menggunakan contra-grafo, tapi disarankan untuk jarak dekat, sekitar 25 kg. Kalau lebih dari itu , mudah dihipnotis. jalan raya,” kata Soni.

Ia menambahkan, agar pengendara tetap menjaga kecepatan saat melintasi jalur berikutnya.

Kedua, pengemudi harus menjaga kecepatan. Pemerintah tidak menentukan kecepatan berkendara di jalur berikutnya, jadi kita tidak pernah tahu karena tidak ada aturannya. Idealnya kecepatannya 60-70 km/jam. karena untuk lalu lintas ada ruang.

Ia kemudian mengatakan agar pengemudi berkonsentrasi dalam berkendara dan pandai mengendalikan emosi.

“Ketiganya harus membuat pengemudi tetap fokus dan fokus agar bisa bereaksi jika terjadi sesuatu. Pengemudi juga harus tetap menjaga indranya saat berkendara,” ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, baru-baru ini terjadi kecelakaan maut di Tol Jakarta-Chikampek Km 58 saat jalur palsu yang melibatkan mobil Daihatsu Grand Max, Daihatsu Terios, dan sebuah bus. Kecelakaan ini bahkan menewaskan 12 orang.

Timeline aslinya disebabkan oleh mobil Gran Max yang melaju dari arah berlawanan, kehilangan fokus dan menabrak bus tujuan Jakarta.

Daihatsu Terios kemudian berusaha menangkapnya dari belakang, namun karena sempitnya jalan, ia menabrak Gran Max dan terbakar.

Untuk memprediksi apakah kecelakaan ini akan terulang lagi, polisi menghentikan lalu lintas di Tol Jakarta-Chikampek.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *