JAKARTA, Titik Kumpul – Langit malam kerap dihiasi pemandangan indah. Hujan meteor Perseid mencapai puncaknya pada minggu ini. Fenomena alam ini diperkirakan mencapai puncaknya pada 11 hingga 12 Agustus 2024.
Hujan meteor, juga dikenal sebagai “bintang jatuh”, terjadi ketika meteorit, atau puing-puing komet, memasuki atmosfer bumi dan memanas.
Namun di balik keindahan tersebut, timbul pertanyaan, apakah hujan meteor Perseid akan mengancam satelit di orbit bumi rendah (LEO) dan astronot yang bekerja di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)?
Menurut Bill Cook, kepala Kantor Lingkungan Meteoroid NASA di Marshall Space Flight Center di Alabama, AS, jawabannya adalah tidak.
Ia berkata, seperti diberitakan Space.com pada Jumat, 8 Agustus 2024: “Jika Anda berada di dalam Stasiun Luar Angkasa Internasional, meteorit tidak menjadi masalah.”
Astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional dilindungi oleh perisai khusus yang disebut Whipple. Baju besi ini berupa pelat logam dengan Kevlar di tengahnya, yang tidak melindungi meteorit tetapi menghancurkan dan menyebarkan energinya.
Ia juga menjelaskan, peluang meteorit memasuki Stasiun Luar Angkasa Internasional sangat kecil. “Anda dapat menganggap stasiun luar angkasa sebagai sebuah kotak di orbit rendah bumi,” katanya.
Namun, hanya sekitar separuh dampak terhadap ISS yang disebabkan oleh meteorit. Separuh lainnya disebabkan oleh puing-puing luar angkasa, sehingga Stasiun Luar Angkasa Internasional harus berupaya melindunginya.
Secara statistik, ISS tidak rentan terhadap hujan meteor seperti Perseid. Lebih dari 90 persen kerusakan berasal dari meteor yang tersebar, yaitu partikel debu yang tertinggal di atmosfer, bukan dari hujan meteor tertentu.
Risiko ini terutama dirasakan oleh para astronot yang melakukan aktivitas ekstravehicular (EVA) karena tidak dilindungi oleh perisai Whipple.
Oleh karena itu, sebelum setiap EVA, NASA mengeluarkan ramalan meteor untuk menentukan tingkat kerusakan.
Meski hujan meteor Perseid terkenal, permasalahan yang terjadi pada satelit tidak sedikit. Satelit memiliki penampang yang sangat kecil dibandingkan luasnya langit malam.
Misalnya, panel surya di Stasiun Luar Angkasa Internasional saja mencakup area seluas 10.600 meter persegi, sedangkan langit malam yang terlihat dari Bumi mencakup sekitar 30.000 kilometer persegi ruang tempat meteor terbakar.
Namun permasalahannya belum tuntas. Pada tahun 1993, satelit komunikasi Olympus rusak permanen akibat hujan meteor Perseid.
Beberapa satelit lain juga mencatat anomali akibat tumbukan kecil, dan satu atau dua satelit berbalik akibat tumbukan meteor. Misalnya, salah satu satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada akhirnya sedikit goyah dan harus diubah posisinya.