Imane Khelif Dicurigai Alami Differences in Sex Development

Belanda, VIVA – Olimpiade tahun ini kembali diwarnai kontroversi besar, kali ini seputar isu perbedaan gender berbasis seksual (DSD).

Kontroversi ini bermula dari ditemukannya Imane Khelif, petinju asal Aljazair yang mendapat banyak sorotan setelah kemenangan kontroversialnya dalam pertandingan tinju wanita melawan Angela Carini dari Italia.

Imane Khelif yang dikenal memiliki tubuh layaknya manusia hidup berhasil meraih kemenangan cepat di kompetisi tinju putri.

Khelif hanya butuh dua pukulan untuk mengalahkan lawannya Carini, lalu rasa tidak senangnya berteriak “tidak layak” saat pertandingan dibatalkan. Kemenangan ini menimbulkan pertanyaan publik tentang kesetaraan dan keadilan dalam olahraga kompetitif perempuan.

Sebelumnya, Khelif dilarang mengikuti kompetisi putri karena masuk dalam “ambang batas gender”. Namun, dalam kontroversi kali ini ia diizinkan berlaga di Olimpiade.

Khelif diyakini mengidap DSD, penyakit langka yang hanya menyerang antara 0,05 dan 1 persen populasi dunia.

Menurut The Indian Express, DSD, atau perbedaan perkembangan gender, adalah suatu kondisi di mana laki-laki mungkin memiliki kromosom atau anatomi yang tidak sesuai dengan penampilan laki-laki mereka.

Penyakit yang disebut interseks ini dapat menyerang mereka yang berjenis kelamin perempuan dan memiliki kromosom XY atau organ reproduksi laki-laki. DSD adalah istilah umum untuk penyakit yang ditemukan di dalam rahim dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi setiap orang baik secara fisik maupun hormonal. Misalnya, seorang laki-laki mungkin dilahirkan dengan rahim perempuan, tetapi memiliki kromosom XY dan testis di dalamnya.

Dalam konteks olahraga, DSD dapat memberikan keunggulan kompetitif. Orang dengan DSD mungkin memiliki kadar testosteron tinggi, yang dapat meningkatkan kekuatan dan massa otot. Meskipun sebagian besar kasus DSD didiagnosis saat lahir, ada pula yang didiagnosis pada masa remaja atau melalui tes medis.

Beberapa jenis DSD yang umum termasuk Sindrom Swyer, Sindrom Insensitivitas Androgen Lengkap, dan Disgenesis Gonad Campuran. Penyakit Swyer, misalnya, adalah penyakit di mana seorang pria memiliki kromosom XY, namun bentuknya dan mirip dengan wanita. Mereka sering mengalami pubertas dan kemandulan.

Sindrom Insensitivitas Androgen menyerang orang dengan kromosom XY yang tidak bisa merespons hormon androgen, sehingga berpenampilan feminin. Disgenesis Gonad Campuran adalah penyakit di mana seseorang memiliki jaringan ovarium dan testis yang menyebabkan rahim tertekan.

Dr. Mala Srivastava, ahli bedah dari Rumah Sakit Sir Ganga Ram di Delhi, menjelaskan bahwa Sindrom Swyer menyerang orang dengan kromosom XY tetapi berwajah perempuan.

Apalagi ovarium, terapi hormon dan penggunaan donor sel telur bisa hamil. Saat ini, pria dengan DSD tidak dapat mencapai kadar testosteron tinggi saat berolahraga jika tubuh tidak merespons hormon tersebut.

Kini, menurut Suja P. Sukumar, ahli endokrinologi di Renai Medical Hospital, Kochi, pria dengan ketidakpekaan androgen yang parah tidak akan mendapat manfaat dari kadar testosteron yang tinggi karena pengaruh hormon tubuh. Namun, pola pertumbuhan tulang yang tertunda dapat menyebabkan pria dengan DSD hidup lebih lama dibandingkan wanita.

Selain masalah kesehatan dan fisik, dukungan psikologis juga diperlukan bagi penderita DSD. Proses adaptasi untuk mempelajari perbedaan antara jenis kelamin dan kromosom dapat membingungkan dan sulit. Dr. Mala Srivastava menekankan pentingnya menghormati individualitas dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk membantu kehidupan seseorang. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *