JAKARTA, Titik Kumpul – Di akhir masa jabatannya pada 20 Oktober 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mencapai kemajuan signifikan dalam pembangunan infrastruktur dan transformasi digital di Indonesia.
Presiden juga menyampaikan bahwa Indonesia harus mampu memanfaatkan segala sarana dan peluang yang ada.
Jokowi menyoroti besarnya potensi ekonomi digital Indonesia yang diproyeksikan meningkat empat kali lipat pada tahun 2030.
Presiden Joko Widodo juga menegaskan dukungan terhadap bonus demografi Indonesia yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, ketika 68 persen penduduk Indonesia berada pada usia produktif, termasuk generasi Y, Z, dan Alpha.
Saat ini jumlah ponsel aktif di Indonesia mencapai 354 juta dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendorong pentingnya pengembangan keterampilan digital untuk merespons perkembangan teknologi yang dinamis.
Pengembangan kembali pengetahuan dan keterampilan (pelatihan) serta keterampilan dan keahlian (pelatihan ulang) diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) industri yang terus berkembang.
Menurut laporan Harvard Business Review tahun 2023, penerapan upskilling dan reskilling dapat menjembatani kesenjangan antara permintaan dan ketersediaan sumber daya manusia, termasuk keterampilan teknis.
Artinya, keterampilan digital saat ini memerlukan penguasaan antara lain keterampilan kewirausahaan digital, keamanan siber, pemrograman, komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), dan data besar.
Sementara itu, laporan Bank Dunia dan McKinsey menyebutkan bahwa pada tahun 2015 hingga 2030, Indonesia membutuhkan setidaknya 9 juta keterampilan digital untuk mengembangkan ekonomi digital.
Selain itu, penelitian Google, Temasek, dan Bain & Company pada tahun 2022 menyatakan bahwa Indonesia akan menyumbang sekitar 40 persen dari nilai lanskap ekonomi digital sebesar US$1 triliun (15.700 triliun rupiah).
Laporan tersebut meyakini Indonesia bisa mencapai hal tersebut asalkan menyediakan 9 juta keterampilan digital dalam 5 tahun ke depan.
Sebagai informasi, Indonesia saat ini baru memiliki 2 juta talenta digital yang siap. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang kuat untuk menambah 7 juta keterampilan digital pada tahun 2030.
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah melakukan berbagai inisiatif untuk meningkatkan jumlah talenta digital Indonesia.
Kerjasama dengan Asosiasi Pengembangan Keterampilan Digital Indonesia (APTDI) antara lain untuk menguasai kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin, komputasi awan dan Internet of Things (IoT).
Kebutuhan akan keterampilan digital di bidang keamanan siber juga penting karena meningkatnya jumlah insiden siber yang menimpa perusahaan dan lembaga pemerintah secara global.
Selain itu, Kampanye Literasi Digital Nasional (GNLD) dan program Beasiswa Keterampilan Digital (DTS) antara tahun 2017 hingga Mei 2024 oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika telah meningkatkan literasi dan keterampilan digital hingga lebih dari 24 juta orang untuk menciptakan produktivitas. ruang digital.
Melalui DTS, Kementerian Komunikasi dan Informatika akan melatih 530.941 sumber daya manusia atau talenta digital di berbagai bidang seperti big data, kecerdasan buatan, dan machine learning pada tahun 2018 hingga 2023.
Selain menyelesaikan pelatihan keterampilan digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mampu memberikan dukungan sektor strategis kepada 12.500 UMKM dan membina startup digital melalui program Startup Studio Indonesia yang telah menghasilkan 115 startup digital aktif.
Bukan itu saja. Ada juga kebutuhan untuk memperkuat keterampilan digital dengan pemerataan distribusi internet sambil mencoba merangkul bonus demografi. Kecepatan Internet di Indonesia telah meningkat 10 kali lipat, menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Pada tahun 2014, rata-rata kecepatan internet mencapai 2,5 Mbps. Paritas internet di Indonesia telah mencapai 98 persen, dan kecepatan rata-rata telah meningkat menjadi 25 Mbps pada tahun ini atau akhir dekade ini.
Pasalnya, kehadiran teknologi 4G LTE di frekuensi 1.800 MHz yang diluncurkan Presiden Jokowi pada tahun 2015 lalu merupakan sebuah langkah signifikan dan tonggak sejarah dalam evolusi teknologi digital di tanah air.
Hasilnya terlihat pada masa pandemi Covid-19, pada tahun 2020 hingga 2022, sektor digital tumbuh signifikan dan berperan penting dalam menopang perekonomian nasional.
“Akses terhadap konektivitas sangatlah penting dan seluruh ekosistem digital berperan penting dalam memberikan akses tersebut kepada masyarakat. Pencapaian ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk mendorong transformasi digital, memperkuat perekonomian, dan mempersiapkan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045,” ungkapnya. kata Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Ari Setiadi