Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

VIVA Tekno – Indonesia menerima lebih dari 97 ribu serangan. Yang dimaksud di sini bukanlah serangan sebenarnya berupa perang terbuka atau konvensional yang dilakukan negara lain, melainkan phishing pada tahun 2023.

Rekayasa sosial ini “mengumpan” dengan percaya diri untuk memperoleh informasi yang berharga. Ini bisa berupa apa saja, mulai dari koneksi media sosial Anda, seluruh identitas Anda, hingga nomor jaminan sosial Anda.

Sistem ini dapat meminta pengguna untuk membuka lampiran, mengikuti tautan, mengisi formulir, atau merespons dengan informasi pribadi.

Phishing adalah teknik yang dapat diandalkan oleh peretas untuk menembus jaringan bisnis karena efektivitasnya.

Munculnya kecerdasan buatan genetik sangat membantu peretas membuat email phishing atau sumber palsu lebih dapat dipercaya oleh korban.

“Akibatnya, menjadi sulit bagi orang untuk membedakan antara komunikasi palsu dan sah,” kata General Manager Kaspersky Asia Tenggara Yeo Siang Tiong.

Sebagai informasi, jumlah serangan financial phishing di Indonesia sebanyak 97.465. Itu menempatkan Indonesia di peringkat ketiga.

Filipina mencatat jumlah serangan phishing finansial tertinggi dengan 163.279 serangan pada tahun lalu. Malaysia berada di peringkat kedua dengan 124.105 serangan.

Sementara itu, Vietnam berada di peringkat keempat dengan 36.130 serangan, disusul Thailand dan Singapura yang mencatat 25.227 serangan dan 9.502 serangan pencurian identitas keuangan.

Phishing finansial adalah jenis phishing yang mengacu pada sumber daya palsu yang terkait dengan perbankan, sistem pembayaran, dan toko digital. Phishing pembayaran melibatkan situs yang meniru merek pembayaran terkenal.

“Peretas menggunakan berbagai taktik, termasuk pencurian identitas finansial, untuk mengelabui karyawan dan mengelabui mereka agar menjadi korban serangan. Ini adalah alat penting yang dapat membantu melindungi perusahaan dari kesalahan manusia, namun harus didukung dengan pelatihan karyawan, pengembangan keterampilan, dan penguatan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam mendeteksi dan merespons serangan siber,” tegas Yeo.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *