Titik Kumpul Lifestyle – Angka tuberkulosis (TB) di Indonesia terus dipantau. Indonesia dikenal sebagai negara penyumbang penyakit tuberkulosis nomor dua di dunia.
Menurut Laporan TB Global WHO tahun 2023 tuberkulosis (TB) akan menjadi penyebab kematian kedua di dunia setelah COVID-19 pada tahun 2022. Lebih dari 10 juta orang di dunia terinfeksi tuberkulosis setiap tahunnya. Temukan lebih banyak lagi.
Tiga puluh negara dengan tingkat tuberkulosis tinggi (“negara tinggi”) mencakup 87 persen kasus tuberkulosis dunia, dan dua pertiga kasus di dunia terjadi di negara kedelapan, India (27%), Indonesia (10%), dan Tiongkok. (7,1%), Filipina (7,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,5%), Bangladesh (3,6%) dan Republik Demokratik Kongo (3,0%).
Dengan demikian, menurut Global TB Report 2023, Indonesia memiliki jumlah penderita tuberkulosis tertinggi kedua di dunia setelah India dan Tiongkok.
Jumlah penderita TBC di negara kita sekitar 1.060.000 dan 134.000 orang meninggal karena TBC setiap tahunnya, atau 17 orang meninggal karena TBC setiap jamnya. Artinya tuberkulosis merupakan masalah yang sangat penting bagi kesehatan negara kita dan memerlukan upaya yang serius untuk mengatasinya.
“Ketika kita merayakan Hari Tuberkulosis Sedunia 2024 (24 Maret 2024), kita harus berbicara tentang vaksin tuberkulosis. Dunia terus berupaya membuat vaksin tuberkulosis baru, karena vaksin BCG kini dapat mencegah tuberkulosis parah pada anak-anak, meskipun kita memiliki pengalaman COVID-19 mereka tahu pentingnya vaksin untuk mengatasi penyakit menular,” kata Profesor Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya, Minggu, 24 Maret 2024.
Diungkapkan oleh Dirjen Universitas YARSI, setidaknya ada tiga macam cara untuk mencegah tuberkulosis, yang pertama adalah vaksin sel utuh (“whole cell vaksin”), yang kedua adalah vaksin dengan protein adjuvan dan yang ketiga adalah vaksin. . vaksin vektor rekombinan. Selain itu, vaksin baru ini juga diharapkan memiliki 3 fungsi, yang pertama dapat menggantikan vaksin BCG yang ada saat ini (“pengganti BCG”), yang kedua untuk BCG booster (“BCG booster”) dan yang ketiga sebagai sistem berbasis vaksin. untuk pengobatan tuberkulosis (“vaksin tuberkulosis”) yang bertindak sebagai pengendalian kekebalan (“pengendalian kekebalan”).
Ia mengatakan dengan perkembangan terbaru ini, ada harapan bahwa vaksin dapat mempersingkat waktu pengobatan, menyederhanakan proses, atau bahkan meningkatkan pengobatan.
“Kita berharap tuberkulosis dapat dikendalikan di dunia dan di negara kita, antara lain dengan menemukan vaksin baru, padahal tanpa vaksin maka semua pasien tuberkulosis di tanah air harus ditemukan dan diobati. bakteri tetapi tidak mengidap penyakit (disebut TBC laten) mendapat pengobatan pencegahan TBC (TPT) yang saat ini kurang dari 10%,” ujarnya.