Yogyakarta, Titik Kumpul – Alternative Film Festival and Awards 2024 menggelar acara puncaknya pada 29 November 2024 di Pusat Kreativitas dan Inovasi (GIK) Universitas Gajja Mada (UGM).
Ke-25 film terpilih tersebut meliputi 13 film panjang dan 12 film pendek. Film-film ini berasal dari 14 negara di Asia dalam 20 bahasa berbeda. Pemenang dipilih oleh juri internasional independen yang terdiri dari para pembuat film yang bertanggung jawab secara sosial dan pakar dampak sosial.
Juri antara lain: Anand Gandhi (India), Steffi Niederzoll (Jerman), Carol Misorelli (Brasil), Asmara Abigail (Indonesia), Katarina Suvorova (Kazakhstan), Kamila Andini (Indonesia) dan Amir Masoud Sohili (Iran).
Total hadiahnya adalah 20.000 USD untuk setiap kategori film layar lebar dan 10.000 USD untuk setiap pemenang dalam kategori penghargaan film pendek.
Film pertama dari empat film layar lebar yang menerima penghargaan tersebut adalah Bird of a Different Favor / Micka Banada Hockey. Film ini disutradarai oleh Manohara K.
Untuk serial drama kedua Ku Li Li Never Cry / Ku Li Hong Bao Ji? Menangis oleh sutradara Pham Ngoc Lan dari Vietnam
Film ketiga merupakan serial dokumenter berjudul Grand Me karya Atiya Zare Arandi asal Iran. Sedangkan film keempat merupakan serial drama berjudul The Adamant Girl/Kotukkali karya sutradara India Vinothraj PS.
Sedangkan pemenang kategori film pendek adalah drama Wash karya sutradara Malaysia Micky Lai dan film A Cleaning Service/La Lu Dau Tu karya sutradara Vietnam Nguyen Du An.
Selain enam penghargaan tersebut, Resonance Award juga diberikan kepada film Thailand How to Make Millions Before Grandma Dies yang disutradarai oleh Pat Boonitipat?
Liza Surganova, kepala Proyek Film Alternatif, mengatakan film-film pemenang sangat relevan bagi masyarakat di Asia Tenggara dan seluruh dunia.
“Serial pemenang penghargaan ini membahas masalah-masalah keluarga yang kompleks seperti merawat orang tua, memiliki hubungan yang benar-benar penuh kasih sayang dengan orang-orang terkasih, dan menemukan tempat seseorang dalam keluarga dengan cara yang ringan dan penuh humor. Lisa mengatakan dalam pernyataannya: “Ini adalah film yang sangat menarik, membahas hubungan antara caregiver dan mereka yang dirawat, sangat relevan dengan pertumbuhan populasi di Asia Tenggara dan dunia”.
Arsene Tomsky, CEO dan pendiri proyek film alternatif Indrive, memuji penyelenggaraan acara tersebut di Yogyakarta. Arsene mengatakan, antusias penonton di Yogyakarta sangat luar biasa.
Arsene berkata: “Merupakan suatu kehormatan untuk menjadi tuan rumah penghargaan dan festival film tahun ini di Yogyakarta – dan dengan menyambut lebih dari 3.000 penonton untuk menonton film yang luar biasa ini, kami memperluas dampaknya menjadi sebuah perayaan seni yang sesungguhnya.”
“Kami memiliki tim yang terdiri dari sekitar 200 orang, sebagian besar penduduk lokal, yang telah bekerja keras untuk mewujudkan inisiatif luar biasa ini. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada tuan rumah kami, Yang Terhormat Mas Garin pada malam itu dan mitra kami melalui GIK.” Arsen