Jakarta – Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir menyerukan agar orang Yahudi diizinkan menyerbu Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir Ramadhan.
Pengumuman tersebut dilaporkan oleh media swasta Israel Channel 13, seperti dilansir Jordan News, Alwaght dan Middle East Monitor.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa Ben-Gvir mendesak pemerintah Israel untuk mencabut kebijakan yang melarang serangan semacam itu selama periode tersebut, sehingga mengizinkan orang Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsa selama 10 hari terakhir Ramadhan.
Namun, seruan tersebut bertentangan dengan kebijakan yang ada yang bertujuan untuk mencegah peningkatan ketegangan, dan pejabat senior pemerintah Israel khawatir dengan pengumuman tersebut.
Ben-Gvir juga dilaporkan telah mengirimkan permintaannya kepada pejabat keamanan Israel untuk dibahas Kabinet dalam dua minggu ke depan.
“Jelas bahwa perdana menteri (Benjamin Netanyahu) pada akhirnya tidak akan menerima posisi Ben-Gwira, namun permintaannya untuk menyimpang dari status quo yang telah menjadi norma dalam beberapa tahun terakhir akan menyebabkan ‘gangguan lebih lanjut dan tidak perlu,’” senior tersebut kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.
Diketahui, status quo saat ini mengharuskan hanya umat Islam yang boleh beribadah di Masjid Al Aqsa. Sementara itu, hukum Yahudi sendiri melarang orang Yahudi memasuki kompleks Masjid Al Aqsa yang mereka sebut Temple Mount karena kesucian situs tersebut.
Hingga berita ini dimuat, Ben-Gvir atau pemerintah Israel belum mengeluarkan pernyataan apa pun mengenai masalah tersebut.
Beberapa media memberitakan bahwa Ben-Gwir juga berulang kali berusaha mencegah jamaah Palestina dari Tepi Barat yang diduduki untuk pergi ke Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, pasukan pendudukan Israel terus membatasi masuknya jemaah Muslim Palestina dari Yerusalem ke Masjid Al-Aqsa untuk salat Tarawih selama Ramadhan.
Di bulan Ramadhan, perang antara Hamas, Palestina dan Israel masih terus berlangsung. Sebelumnya sempat ada pembicaraan mengenai gencatan senjata dan pembebasan tahanan, namun belum tercapai kesepakatan.
Diketahui, perang terjadi setelah Hamas Palestina melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober 2023. Hal ini menyebabkan serangan balik Israel berulang kali hingga saat ini.
Kantor berita Palestina WAFA melaporkan pada Senin 18 Maret 2024, lebih dari 31.726 warga sipil, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, tewas dan lebih dari 73.792 orang terluka dalam agresi di Jalur Gaza.