Inilah yang Bakal Terjadi saat Seseorang Koma, Lengkap dengan Penyebabnya

VIVA Lifestyle – Seseorang yang koma pasti tidak sadarkan diri. Berbeda dengan tidur normal karena seseorang tidak dapat dibangunkan dengan cara apapun.  Mereka juga tidak merespon suara, sentuhan atau rasa sakit.

Koma dapat terjadi akibat komplikasi dari suatu kondisi medis seperti diabetes atau penyakit, atau kecelakaan yang melibatkan pukulan di kepala atau kekurangan oksigen. Dokter terkadang menyebabkan koma untuk melindungi seseorang dari rasa sakit dan ketidaknyamanan selama proses penyembuhan.

Lalu apa sebenarnya koma itu dan apa yang terjadi jika seseorang koma? Diposting untuk dibaca di bawah ini dari berbagai sumber.

Apa itu koma

Seseorang yang koma tidak sadarkan diri dan hanya memiliki sedikit aktivitas otak. Mereka masih hidup tetapi tidak dapat dibangunkan dan tidak memiliki tanda-tanda kesadaran.

Orang tersebut menutup matanya dan tampak tidak responsif terhadap lingkungan sekitarnya. Mereka seringkali tidak bereaksi terhadap suara atau rasa sakit, atau dapat berkomunikasi atau bergerak secara sukarela, dan perilaku normal seperti batuk dan menelan akan sangat terbatas.

Mereka mungkin bisa bernapas sendiri, meski beberapa orang memerlukan mesin untuk membantunya bernapas. Seiring waktu, seseorang dapat mulai memahami lebih banyak lagi. Beberapa orang terbangun setelah beberapa minggu, sementara yang lain mungkin mengalami kondisi vegetatif atau kehilangan kesadaran. 

Penyebab koma

Koma disebabkan oleh kerusakan pada salah satu bagian otak, baik sementara maupun permanen. Bagian otak yang mengalami kerusakan mempunyai fungsi mengendalikan pikiran seseorang. Inilah sebabnya dokter perlu mengidentifikasi penyebab koma agar dapat menentukan langkah pengobatan yang tepat.

Ada banyak kondisi yang dapat merusak otak dan menyebabkan koma, antara lain: Stroke Cedera kepala yang parah. Gula darah terlalu tinggi atau terlalu rendah. Infeksi otak seperti ensefalitis atau meningitis. Racun seperti logam berat atau karbon monoksida. Alkohol atau obat-obatan. Kekurangan oksigen, misalnya setelah serangan jantung atau tenggelam. Penyitaan. Tumor otak. 

Apa yang terjadi saat koma?

Karena orang tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang koma, diagnosis bergantung pada gejala eksternal. Antara lain: mata tertutup, kaki tidak responsif atau tidak responsif kecuali gerakan refleks, tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri kecuali gerakan refleks.

Berapa lama gejala ini muncul dan berapa lama berlangsung bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Sebelum seseorang mengalami koma, kadar gula darah yang rendah, yang disebut hipoglikemia, atau kadar karbon dioksida yang terlalu tinggi dalam darah, yang disebut hiperkapnia, dapat menyebabkan sakit kepala, mudah tersinggung, dan bicara tidak jelas.

Tanpa pengobatan, kemampuan mereka untuk berpikir jernih secara bertahap menurun, yang dapat menyebabkan demensia. Jika koma disebabkan oleh cedera otak parah atau pendarahan subarachnoid, gejala ini bisa muncul secara tiba-tiba.

Apa yang terjadi pada tubuh yang koma?

Keadaan koma tidak sama dengan keadaan tidur. Pasien dalam keadaan koma pasti tidak akan terbangun meski dengan rangsangan yang hebat.  Selain itu, seseorang yang koma tidak mampu memenuhi kebutuhan fisiknya sendiri, seperti buang air kecil atau besar.

Sebab, seseorang yang koma mengalami pembengkakan atau pendarahan pada jaringan otak. Pembengkakan yang terjadi di otak ini menyebabkan otak terdorong ke dalam tengkorak dan otak mendapat tekanan yang hebat. 

Hal ini menyebabkan terhambatnya aliran oksigen ke otak. Kurangnya oksigen ke otak menyebabkan kerusakan otak. Hal ini menyebabkan otak tidak mampu mengeluarkan air atau racun dari dalam tubuh.

Hal ini menyebabkan cairan menumpuk di otak. Keadaan ini menyebabkan orang tersebut koma namun masih hidup. Membuat seseorang keluar dari koma adalah bagian dari otak. Ketika otak bisa kembali normal, maka seluruh fungsi tubuh kembali normal. 

Bagaimana pengaruhnya terhadap manusia?

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menyatakan bahwa orang yang koma tidak responsif terhadap lingkungan sekitar karena pikirannya tertekan.

Namun, aktivitas fisik seperti bernapas dan mengemudi sering kali dilakukan. NINDS mencatat bahwa gerakan spontan seperti melihat, tertawa atau menangis juga bisa muncul sebagai halusinasi.

Seseorang yang koma tidak dapat merespons atau melakukan gerakan sukarela terhadap rasa sakit, cahaya, atau suara seperti biasanya. Namun menurut penelitian tahun 2019, seseorang yang koma masih bisa mendengar suara-suara di sekitarnya. Contohnya seperti langkah kaki seseorang datang atau suara seseorang berbicara.

Sebuah studi tahun 2015 menemukan bukti bahwa suara anggota keluarga dan orang-orang terkasih dapat membantu meningkatkan respons orang selama koma. Sementara beberapa peserta menerima pelatihan pendengaran tradisional (FAST), peserta dalam kelompok plasebo hanya menerima keheningan. Studi MRI menunjukkan perbaikan neurologis yang signifikan pada mereka yang telah menjalani FAST.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *