Yogyakarta, Titik Kumpul – Sekelompok mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) menciptakan sebuah inovasi menarik yang bertujuan untuk menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Inovasi ini diimplementasikan dalam bentuk pengolahan limbah kotoran sapi menjadi batu bata yang diberi nama “Bavono brick”.
Menurut Dinda Ramadan, salah satu anggota kelompok, ide tersebut bermula dari permasalahan masyarakat di Padukuhan Kulwaru, Kulon-Progo, Yogyakarta yang kesulitan dalam menangani limbah kotoran sapi.
“Program ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan mendapat respon yang baik sebagai suatu hal yang baru,” kata Dinda Antara, Selasa, 20 Agustus 2024.
Desa Kulwaru yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan penggembala, setiap harinya menghasilkan banyak kotoran sapi. Seekor sapi dapat menghasilkan 8-10 kg kotoran per hari, artinya seekor sapi dapat menghasilkan 3,6 ton kotoran per tahun.
Dengan populasi hewan yang besar, jumlah sampah yang dihasilkan bisa melebihi 100 kilogram per hari. Namun limbah tersebut saat ini tidak diolah dengan baik sehingga menimbulkan masalah lingkungan.
Bekerja sama dengan Karang Taruna Karya Muda Wetan di desa tersebut, sekelompok mahasiswa UGM mempresentasikan proyek “Batako Bawono”. Proyek ini dirancang tidak hanya untuk menjadikan limbah kotoran sapi bermanfaat tetapi juga untuk memberdayakan masyarakat.
Batu bata yang terbuat dari kotoran sapi mampu menyerap 61,8 persen sampah yang dihasilkan setiap harinya, sehingga menjadi alat utama dalam mengatasi permasalahan sampah di kabupaten tersebut.
“Operasi Bawono Batako mampu menyerap 61,8 persen tanah dari jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya,” ujarnya.
Dinda mengatakan, program tersebut menarik animo masyarakat dan mendapat ulasan positif. Hal ini mendorong kelompok mahasiswa UGM untuk melanjutkan program pemberdayaan masyarakat dengan mendorong Karang Taruna Karya Muda Wetan dalam pengembangan usaha dan industri batu bata Bawono.
Mereka juga berencana menjadikan kelompok pemuda tersebut sebagai pusat pelatihan di Yogyakarta untuk membuat batu bata dari limbah kotoran sapi.
Menurut Dinda, meski kelompok Padukuhan Kulwaru pandai mengolah limbah kotoran sapi sebagai pupuk, namun solusi tersebut belum cukup untuk mengolah seluruh limbah yang dihasilkan. Maka inovasi batu bata kotoran sapi ini bisa menjadi solusi yang baik.
Proyek Batako Bawono merupakan hasil kolaborasi mahasiswa dari tiga program studi di UGM, yaitu Teknologi Veteriner, Ilmu dan Industri Peternakan, serta Manajemen dan Pemeliharaan Prasarana Sipil. Inovasi ini juga diakui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Program Kreatif Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat.
Kami berharap proyek ini dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan dan perekonomian di Padukuhan Kulwaru dan juga menjadi contoh bagi daerah lain untuk mengembangkan inovasi serupa.