Titik Kumpul Education – Usia bukanlah halangan bagi Mohammad Farid dalam membuka sekolah. Sebab, pada tahun 2005, pria berusia 34 tahun itu berhasil mendirikan SD dan SMP Alam dengan dana dari Yayasan Sekolah Islam Banyuwangi seluas 3.000 meter persegi.
Muhammad Farid berhasil meraih Penghargaan Astra Comprehensive Spirit 2010 Kategori Pendidikan Indonesia (SATU) dengan mendirikan program sayur sekolah. Proyek ini dipilih karena siswa dapat memanfaatkan sayuran untuk membayar biaya sekolah.
Menariknya, pihaknya juga membebaskan biaya sekolah bagi siswa yang tidak mampu membayar dengan sayur-sayuran. Sekolah ini memiliki sekitar 70 siswa yang sebagian besar berasal dari keluarga miskin.
Saat ini, Mohammad Farid menjabat sebagai kepala sekolah di SMA Alam. Sedangkan jabatan kepala sekolah dasar diserahkan kepada salah satu temannya, Suyanto Koiru Ichwan.
Didirikan oleh Mohammad Farid, sekolah ini sangat unik karena tidak adanya ruang kelas seperti sekolah kebanyakan. Ia hanya membangun ruang utama, ruang salat, ruang salat kecil, dan sanggar lukis. Selebihnya, Farid hanya membangun rumah kayu sederhana.
Tak hanya itu, seragam sekolah yang digunakan siswa hanya ada satu set untuk dipakai setiap hari Senin dan Selasa. Keesokan harinya, semua siswa mengenakan pakaian gratis. Jika mereka tidak punya sepatu, mereka tidak perlu memakainya.
Namun, Mohammad Farid mengatakan kualitasnya sebanding. Sebab, bersama Pondok Pesantren Salafiyeh menerapkan kurikulum modern dan komprehensif yang memungkinkan santri menguasai bahasa Arab, Inggris, Jepang, Mandarin, dan tentunya Al-Quran.
Faktanya, bahasa Inggris adalah bahasa pengantar di sekolah. Mereka juga mengadakan kegiatan luar ruangan di kampus seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan kualitas kepemimpinan pada siswa.
Farid sendiri lulusan Hukum Islam dari Perguruan Tinggi Islam Ibrahimi Sukorejo di Situbondo dan tinggal di Desa Janesari. Menurut teman dekatnya, Farid hebat dalam konsepsi namun lemah dalam eksekusi, sehingga ide-ide cemerlang sering kali hilang.
Oleh karena itu, kehadiran sahabat dekatnya Suyanto sangat penting untuk mengimbangi kekurangan Mohamed Farid. Kedua sahabat itu saling melengkapi dengan sempurna, menambah cita rasa tersendiri di sekolah alam di Banyuwangi.