Titik Kumpul – Ternyata bukan hanya Amerika Serikat (AS) yang merasa khawatir dengan ancaman senjata nuklir dari milisi Hizbullah di Lebanon. Israel, musuh utama kelompok pimpinan Hassan Nasrullah, juga merasakan hal serupa.
Titik Kumpul Military memberitakan dalam pemberitaan sebelumnya bahwa sumber anonim mengungkapkan Hizbullah memiliki senjata nuklir.
Senjata tersebut adalah rudal anti kapal P-800 Onyx atau biasa dikenal dengan rudal Yakhont.
Rudal yang dapat membawa hulu ledak termonuklir dengan jangkauan maksimum 600 km ini merupakan salah satu senjata yang diproduksi oleh Biro Desain Rudal NPO Mashinostroyeniya milik tentara Rusia.
Hal ini menjadi kekhawatiran militer AS yang semakin meningkatkan kehadirannya di Timur Tengah sejak perang 7 Oktober 2023 antara Israel dan Hamas di Palestina.
Hizbullah yang memiliki rudal kaliber P-300 Onyx mengancam akan menyerang kapal induk USS Gerald R. Ford (CVN-78) di Laut Mediterania.
Di sisi lain, tentara Israel juga menyatakan kekhawatirannya terhadap kemungkinan Hizbullah menyerang wilayahnya.
Meskipun melancarkan serangan darat di Jalur Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus berbagi fokus dengan serangan Hizbullah dari utara. Hizbullah kerap menembakkan rudal dan roket dalam jumlah besar ke wilayah Israel.
Kehadiran rudal Yakhont di gudang senjata Hizbullah, kata Brigadir Jenderal Amir Avivi, mantan wakil komandan divisi Gaza Pasukan Pertahanan Israel, dapat memberikan tekanan pada sistem keamanan udara negara tersebut.
Menurut Avivi, Israel harus mengembangkan kemampuan strategis yang dapat diciptakan oleh rudal presisi Hizbullah dan rudal yang mampu membawa senjata nuklir secepatnya.
Avivi bahkan menyatakan kemampuan sistem pertahanan udara Israel seperti C-RAM Iron Dome tidak sebanding dengan senjata andalan Hizbullah.
“Israel harus mengembangkan pemahaman tentang ancaman strategis signifikan yang ditimbulkan oleh rudal presisi,” kata Avivi kepada Titik Kumpul Army di Al Maydeen.
“Rudal itu bukanlah rudal artileri, itu adalah rudal terakhir yang ditembakkan dan kami mengetahui lintasannya, jadi sangat mudah bagi sistem kami untuk mencegat rudal artileri ini. Namun, satu rudal presisi benar-benar berbeda.”