Itikaf Ala Uztaz Terkemuka Beda dengan yang Lain: Bikin Tenda dalam Masjid

Jakarta – Umat Islam memasuki hari-hari terakhir puasa kerap salat di masjid. Itikaf, berasal dari kata Arab ‘Akafa’, mengacu pada mengabdikan diri untuk perbuatan baik atau buruk tanpa harus berada di masjid.

Secara khusus, dalam konteks Islam, itiq mengacu pada keheningan di masjid untuk tujuan ibadah tertentu.

Pada saat Itqaf, umat Islam mengisi waktunya dengan berbagai ibadah, terutama dalam rangka persiapan Lilatul al-Dir.

Berbagai metode istikaf berkembang di masyarakat muslim, antara lain membangun tenda di dalam masjid seperti yang diajarkan oleh Guru Syafiq Riza Basalama.

Dalam video ini Guru Syafiq Reza Basalama menjelaskan cara berpuasa 10 hari terakhir atau melakukan Iqpah sebelum Idul Fitri.

Bel Syafiq yang disebut-sebut sebagai salah satu ulama Wahhabi menjelaskan: “Ini adalah malam-malam terakhir Ramadhan yang disyariatkan oleh Nabi, tetapi tidak boleh dilakukan dalam satu malam.”

Menurut Ustadz Syafiq, jika ia membaca Itikab Nabi Muhammad SAW, maka ia akan mendapati bahwa pada tanggal 21 hingga Idul Adha, Nabi Muhammad SAW akan meninggalkan masjid.

Memang pada masa Rasulullah SAW, ketika menjalankan etika, ia menggunakan tenda dibandingkan tidur, namun ibadahnya lebih terfokus pada menyendiri.

Namun menurut Guru Siafik, boleh saja tidak bermalam di masjid, namun nyatanya pendapat yang kuat adalah itkaf tidak harus puasa, dan tidak harus seharian penuh. Menginap.

Ia menjelaskan, “Tentu terpikir untuk tinggal di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wahalah.

“Inilah intinya, kamu sudah meninggalkan rumahmu, kamu telah meninggalkan duniamu, kamu telah datang ke Rumah Allah, untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wahaala,” tutupnya dalam video yang diposting di akun TikTok @badel_kamu .

Sementara Adi al-Ida mengatakan bahwa itikaf bukanlah shalat sama sekali, melainkan dimaksimalkan pada bulan Ramadhan dan Sunnah hingga Nabi Muhammad SAW meminta umatnya untuk mengencangkan ikat pinggang agar pekerjaannya semakin berat, dimana jalannya. adalah itikaf.

Bel Edi menjelaskan, “Itikaf bukan sekadar datang ke masjid, bukan mudik, tapi harus dilihat hasilnya.”

Guru Adi menjelaskan bahwa ada dua periode Itakaf, dimana Itakaf sementara mengarah pada malam hari.

Uztaz Adi menambahkan: “Anda dapat menghabiskan waktu di malam hari dan siang hari dengan melakukan aktivitas seperti biasa, dan jika Anda memiliki waktu luang, Anda dapat memaksakan diri sepanjang hari dan malam.”

Menurut Guru Edi, seseorang yang berhasil ITCF-nya saat memasuki masjid dan menyelesaikan ITCF saat meninggalkan masjid.

Sir Adi menjelaskan, Itikaf dapat membantu kita memahami keterbatasan hidup agar tidak mengasingkan diri dari Allah.

“Itikaf harus merenungkan apa yang menjauhkan kita dari Allah, apa yang harus kita tinggalkan, dan apa yang harus kita peroleh,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *