Jadi Fase Puncak Haji, Ini 3 Makna Mendalam Wukuf di Arafah

VIVA Lifestyle – Jamaah haji dari berbagai negara di dunia mulai meninggalkan Makkah menuju Arafah hari ini. Pada hari Sabtu tanggal 15 Juni 2024 mereka akan melaksanakan Wukuf di Arafah.

Prosesi wukuf dimulai sejak matahari terbenam hingga menjelang terbenamnya matahari.

Usai mendengar khutbah wukuf dan melaksanakan salat Zuhur dan Ashar jamak tadami, seluruh jamaah mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai ritual yang bisa mereka lakukan mulai dari dzikir, salawat, dan munajat.

Momen ini begitu sakral. Sebab pada tahap ini jamaah haji diajak berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta pada waktu dan tempat yang paling efektif.

Padahal, prosesi inilah yang disebut sebagai hakikat haji. Mari kita lanjutkan membaca seluruh artikel di bawah ini.

Sebab, Al Hajju Arafah. Haji itu Arafah, kata Pemandu Ibadah Arab Saudi (PPIH) Daker Madinah, Aswadi di Arafah, Jumat, 14 Juni 2024.

Menurut Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya van Gresik, makna wukufu tidak lepas dari makna mendalam prosesi tersebut. Apa pun?

Pertama, wukuf merupakan simbol tekad seseorang untuk menghentikan segala perbuatan buruk yang dilakukannya agar tidak terulang kembali. Juga saatnya melestarikan nilai kebaikan agar menjadi benih yang tumbuh.

“Ibarat tanah subur yang ditanami hal-hal baik. Sehingga membuat masyarakat menjadi lebih baik,” ujarnya.

Makna wukuf yang kedua terletak pada waktu pelaksanaannya, yaitu dimulai pada ba’da zawal atau setelah matahari mulai terbenam.

Maknanya adalah menghadirkan sinar matahari sebagai mata hati kita yang berusaha membuang segala keburukan dan selalu memupuk hal-hal baik agar kita selalu bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

“Sama seperti matahari yang condong dan mendekati kebaikannya, ia cenderung selalu mendekat,” ujarnya.

Bila Anda menyadari hal tersebut, maka tujuan utama wukufu adalah puncak kesadaran, agar Anda senantiasa melakukan amal shaleh yang tampak, baik terhadap diri sendiri, agar bertakwa, terhadap orang lain, maupun terhadap alam semesta.

Demi kesempurnaan wukuf, selain mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, majelis pun tidak boleh melarang wukuf.

“Seperti menebang tanaman di Arafat, menganiaya hewan dan sebagainya. Itu latihan untuk menumbuhkan kesadaran diri,” ujarnya.

Laporan Tim Media Center Haji 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *