Jadi Tersangka Korupsi Thomas Lembong Pernah Sindir Nikel Baterai Mobil Listrik

Titik Kumpul – Thomas Lembong yang merupakan mantan Menteri Investasi dan Perdagangan ditetapkan Kejaksaan Agung sebagai tersangka korupsi impor gula. Kasus dugaan impor gula ini terjadi pada masa jabatannya pada 2015 hingga 2016. TTL telah memberikan izin impor gula pasir mentah sebanyak 105 ribu ton kepada PT AP, kata jaksa penuntut umum Dirdik Jampidsus Abdul Kohar, Selasa, 29 Oktober 2024. Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, nama Tom Lembong diketahui publik saat menyindir Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres terkait bahan baku baterai kendaraan listrik atau nikel milik Indonesia. Menurut dia, nikel ke depannya mungkin tidak bisa dijual karena banyak alternatif produksi baterai kendaraan listrik, salah satunya penggunaan lithium ferrophosphate atau LFP seperti yang dilakukan pabrikan China. “Harga nikel global di seluruh dunia telah turun sekitar 30 persen selama 12 bulan terakhir, dan tahun depan diperkirakan akan terjadi surplus persediaan nikel global terbesar dalam sejarah,” kata Tom Lembong. Menurutnya, cadangan nikel Indonesia yang besar akan menimbulkan bencana jika tidak disalurkan dengan baik, apalagi banyak produsen kendaraan yang beralih menggunakan besi untuk akinya. “Jadi dengan intensifnya pembangunan smelter di Indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga turun dan terjadi situasi kelebihan pasokan.” Katanya. Menurut dia, saat ini Tesla belum menggunakan baterai yang 100 persen berbahan dasar nikel, terutama untuk produk-produknya yang diproduksi di China yang mengandalkan LFP, seperti mobil listrik yang diproduksi di negara tersebut. Saat ini, nikel di Indonesia sudah menjalin kerja sama antara Hyundai Motor Group, LG Energy Solution dan Indonesia Battery Corporation (IBC) yang didirikan di Karawang, Jawa Barat dengan nama PT Hyundai LG Industry Green Power Korea Selatan akan mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik khususnya produksi baterai berbasis nikel dari hulu ke hilir. hilir, dan penyediaan dolar atau setara Rp 900 miliar yang dibangun di atas tanah seluas 32.188 meter persegi.