Jangan Pakai ChatGPT untuk Diagnosa Medis kalau Tak Mau Menyesal

Jakarta, VIVA – ChatGPT, platform chat bertenaga kecerdasan buatan (AI), banyak digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk pencarian informasi medis.

Namun, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa penggunaan ChatGPT untuk penelitian medis mungkin merupakan keputusan yang tidak bijaksana.

Pasalnya, akurasi ChatGPT dalam memberikan diagnosis kesehatan hanya 49 persen atau kurang dari setengahnya. Dengan kata lain, hampir setengah dari temuan yang diberikan oleh chatbots mungkin salah.

Para ilmuwan yang memimpin penelitian tersebut meminta ChatGPT, yang menggunakan GPT versi 3.5, untuk menganalisis 150 kasus medis dari situs medis terkemuka, Medscape.

Hasilnya mengecewakan, karena ChatGPT mampu memberikan diagnosis yang akurat pada kurang dari separuh kasus. Tentu saja hal ini kurang memuaskan, apalagi jika menyangkut kesehatan manusia.

Meskipun teknologi kecerdasan buatan ini telah lulus Ujian Lisensi Medis Amerika Serikat (USMLE), para peneliti berhati-hati agar tidak terlalu mengandalkan chatbot ini untuk kasus medis yang serius.

Dr. Amrit Kirpalani, seorang dokter umum, menekankan bahwa ChatGPT tidak bisa menggantikan pekerjaan dokter.

“Jika masyarakat takut, bingung, atau tidak bisa mengakses layanan medis, mereka bisa mengandalkan alat seperti ChatGPT untuk mendapatkan saran medis. Ini bisa berbahaya jika mereka menunggu dan sarannya tepat,” ujarnya, seperti dikutip dari Live Science, Senin. Agustus 19 Agustus 2024.

Kemampuan ChatGPT dalam memberikan informasi kesehatan didasarkan pada data yang dikumpulkan dari berbagai sumber Internet.

Namun, cara kerja AI seperti ChatGPT adalah mengenali pola dari data dan memprediksi respons yang tepat.

Sayangnya, AI ini masih membuat kesalahan atau bahkan memberikan jawaban yang tidak masuk akal, yang bahkan oleh para ahli disebut sebagai “membingungkan”.

Dalam penelitian ini, ChatGPT disajikan dalam beberapa studi klinis, antara lain laporan pasien, hasil pemeriksaan fisik, dan pencitraan laboratorium.

AI diminta untuk memilih satu dari empat kemungkinan jawaban dan memberikan diagnosis serta rencana perawatan.

Namun hasilnya menunjukkan bahwa ChatGPT tidak memberikan analisis yang akurat.

Namun para peneliti juga sepakat bahwa AI seperti ChatGPT masih memiliki potensi dalam dunia medis, terutama sebagai alat untuk mendidik mahasiswa kedokteran atau memberikan informasi kepada pasien.

Namun penggunaannya harus dibarengi dengan pengawasan yang ketat dan analisa yang cermat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *