Korea Selatan – Industri K-Pop Korea Selatan menikmati popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan meluasnya pengaruh global dan peningkatan pendapatan yang tajam.
Namun laporan terbaru menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran, yaitu penurunan signifikan jumlah trainee yang ingin menjadi idola. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan industri K-Pop. Gulir ke bawah untuk melihat artikel selengkapnya.
Media Korea membagikan alasan penurunan jumlah peserta pelatihan. Dilansir akun Instagram @panncafe yang memuat berita dari Korea, grup ‘PICKUS’ yang dibentuk melalui program audisi siaran sedang berlatih koreografinya di ruang pelatihan di Mapo-gu, Seoul. Setelah melalui masa trainee yang tidak menentu yang bisa berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa tahun, tim multinasional ini akhirnya mewujudkan impian perdananya.
Park Mingeun salah satu anggota PICKUS menceritakan pengalamannya menjadi seorang trainer. Menurutnya, evaluasi yang terus menerus menjadikannya sumber stres.
Seperti dikutip dari Instagram @panncafe pada Selasa, 25 Juni 2024, “Aku memulai hidup sebagai trainee saat berusia 19 tahun, jadi sudah sekitar lima tahun. Evaluasi terus-menerus adalah sumber stres.”
Mingun menggambarkan betapa sulitnya perjalanan menjadi seorang idola dengan tekanan dan evaluasi yang terus menerus. Kisahnya mencerminkan kenyataan pahit yang dihadapi banyak trainee lain di masa depan K-Pop
Fenomena menurunnya jumlah peserta pelatihan mencerminkan realitas baru industri K-Pop. Banyak orang yang menjadi influencer atau YouTuber, karir yang terkesan lebih menarik dan menggiurkan dibandingkan menjadi idola K-Pop. Tingkat keberhasilan yang rendah dan tekanan yang tinggi di dunia trainee juga menjadi faktor penentu.
Komentar netizen di situs theqoo memberikan pendapat beragam tentang alasan kurangnya minat menjadi pelatih K-Pop. Di bawah ini isi komentarnya.
“Karena tentu saja tidak murah.”
“Dan karena terlalu banyak peserta magang.”
“Entah apa yang masuk 10 besar saat ini? Menjadi YouTuber?”
“Lebih dari sekedar idola, mereka semua ingin menjadi influencer.”
“Karena kesuksesannya sangat rendah.”
“Semua orang mencoba menjadi influencer.”
“Bukankah hal itu berlaku untuk semua industri saat ini?”