Kasus DBD Melonjak Drastis, Bakal Ada Aplikasi yang Kasih Notif Jika Ada Penularan

VIVA Lifestyle – Kasus demam berdarah dengue (DBD) saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang semakin mendesak di Indonesia. Hingga minggu ke-22 tahun 2024, Kementerian Kesehatan RI mencatat 119.709 kasus DBD dengan 777 kematian di 34 provinsi Indonesia.  

Angka tersebut meningkat drastis hingga tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Situasi ini mendorong berkembangnya inisiatif pengobatan demam berdarah dengue yang semakin inovatif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Jadi apa yang harus aku lakukan? Scroll untuk mengetahui lebih lanjut, yuk!

Program Dengue Slayers Challenge juga telah dilaksanakan untuk mengedukasi generasi muda mengenai manajemen demam berdarah. Hingga Februari 2024, program ini telah berhasil meningkatkan pemahaman tentang demam berdarah dengue di kalangan 123 siswa sekolah menengah/SMK dari 17 kota/kabupaten di Indonesia dan memberdayakan mereka untuk mengembangkan 41 solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah dengue. 

Hasilnya, para siswa mampu memunculkan beberapa ide cemerlang, seperti aplikasi mobile yang dapat memberikan notifikasi wilayah penularan demam berdarah, program pendidikan berbasis proyek yang bekerjasama dengan pemerintah, dan buku pendidikan interaktif tentang demam berdarah untuk anak-anak. anak-anak. .

Pokja Arbovirus Kementerian Kesehatan RI, Dr. Agus Handito, S.K.M., M.Epid., menyambut baik kehadiran program Dengue Slayers Challenge. 

“Aksi individu dan kolektif masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan kasus infeksi demam berdarah dan mencapai tujuan nihil angka kematian. Oleh karena itu, kami sangat mengapresiasi program edukasi kepada generasi muda ini. 

Robert Gardiner, penasehat akademik dan penasehat operasional Selamat Junior Indonesia, menambahkan bahwa generasi muda dengan potensi dan semangatnya harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam mengatasi tantangan yang dihadapi masyarakat. 

“Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan pengalaman pertama meneliti penyakit demam berdarah dengue secara komprehensif, serta kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi karya nyata yang bermanfaat. Dalam proses pembelajaran dan pengembangan ide, mereka juga menyempurnakan hal-hal yang sangat dibutuhkan Keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, komunikasi, kerjasama dan kreativitas,” ujarnya. 

Sementara itu, Indonesia Steering Committee Asian Dengue Voice and Action Group (ADVA), Ph.D. Prof. Sri Rezeki Hadinegoro, Ph.D., SpA(K), mengatakan sebagai kelompok karya ilmiah di kawasan Asia yang rutin berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait pengendalian demam berdarah dengue, inisiatif ini merupakan wujud nyata salah satu fokus kerja peningkatan partisipasi dan edukasi masyarakat. 

“Generasi muda yang terlibat dalam program ini mewakili segmen masyarakat yang sangat penting dalam upaya penanggulangan demam berdarah. Dengan sumber daya yang lebih baik dan didukung kreativitas, mereka memiliki kemampuan untuk menciptakan efek domino dalam menyebarkan pesan dan semangat kebebasan demam berdarah kepada keluarga, sekolah dan “Kami senang dapat menerapkan inisiatif pertama ini di lima negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand”, pungkas Prof Sri Rezeki. 

Dalam Dengue Slayers Challenge, pelajar ditantang untuk menciptakan solusi inovatif pencegahan dan pengendalian demam berdarah baik dalam bentuk media edukasi (outreach), sistem surveilans (surveillance dan epidemiologi) atau strategi pengendalian nyamuk (vector control: profilaksis/pencegahan). 

Untuk mendukung proses penelitian dan menghasilkan ide, siswa menjalani lokakarya demam berdarah, pelatihan desain, dan bimbingan dari mentor layanan kesehatan yang berpengalaman. 

Sebagai puncak dari program tersebut, tim-tim papan atas berkesempatan mewakili Indonesia untuk mempresentasikan idenya di hadapan komunitas internasional, para pemimpin pemerintah di bidang kesehatan masyarakat, dan pengambil keputusan pada 7th Asia Dengue Summit di Kuala Lumpur, Malaysia, 5 Juni 2024.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *