Jakarta, Titik Kumpul – Dunia maya dihebohkan dengan video kriminal kondang Kat Intan Nabil. Dalam waktu kurang dari 24 jam, video KDRT tersebut sudah ditonton 3,3 juta orang dan mendapat lebih dari 1,2 juta komentar.
Tak hanya mengaku mengalami kekerasan dalam rumah tangga, veteran asal Aceh itu menulis bahwa suaminya kerap berbohong kepadanya. Sayangnya, Toreador Lapis Baja mulai mendapat masalah dengan banyak teman Cat Intan.
Ini bukan pertama kalinya Armor Toreador dirusak. Ibu tiga anak ini telah mengumpulkan banyak video lain yang menunjukkan kekerasan yang dilakukan suaminya terhadap dirinya.
Kat Intan menulis bahwa dia selamat karena anak-anaknya dan keinginan untuk menjaga kehormatan baju besi Toreador. Karena itu, Kat Intan tak kuasa menahan rasa sakit fisik dan batin yang dialaminya selama lima tahun menikah.
Beberapa artis pun menyemangati untuk memotong Intan Nabila dari artikel tersebut. Salah satunya adalah Ray M. Shadow yang meminta agar baju besi matador itu dipasang di jeruji besi.
Netizen dan sejumlah akun centang biru mengecam perilaku tak terkendali Armor Toreador hingga menendang seorang anak yang cepat tertidur.
Persoalan KDRT Kat Intan Nabila memunculkan model Instagram Story yang mencerminkan perbedaan antara pernikahan dan bendera merah laki-laki. Lebih dari 138.000 pengguna Instagram menggunakan template ini.
Ia menjelaskan, bendera merah merupakan peringatan bahwa pernikahan tersebut tidak baik. Tanda-tandanya antara lain kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, penelantaran, dan kecanduan.
Sedangkan cobaan pernikahan merupakan cobaan yang harus dihadapi oleh suami istri secara bersama-sama. Misalnya saja suami dipecat, tidak ada salahnya jika istri bekerja atau menjalankan usaha untuk membantu bisnis keluarga.
“Atau perempuan yang sakit dan suaminya yang setia bersamanya. Atau punya masalah dengan kehamilan,” tulis teks di model tersebut.
Kebanyakan tes di rumah berasal dari luar kendali suami atau istri. Masalah perkawinan tidak pernah membuat suatu pihak menjadi tidak bahagia.
“Oleh karena itu, kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, penelantaran, dan kecanduan menjadi penyebab trauma, BUKAN LUAR BIASA,” tulis artikel tersebut.