Kecerdasan Buatan bikin Geregetan

Titik Kumpul Techno – Kecerdasan Buatan (AI) kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, telah lama dianggap sebagai fiksi ilmiah dan penelitian dasar.

Saat ini, jutaan orang menggunakan aplikasi seperti program bahasa AI ChatGPT atau Bard setiap hari. Menurut para ahli, ini hanyalah permulaan.

“AI saat ini sedang mengalami ‘momen iPhone’. Aplikasi seperti ChatGPT, yang mudah digunakan dan tidak memerlukan pengetahuan teknis sebelumnya, sudah menghadirkan kecerdasan buatan kepada pengguna akhir. Hal ini akan berdampak pada masyarakat secara keseluruhan,” peneliti sosial Leah Steinaker, seperti dikutip situs Deutsche Welle pada Senin 8 Januari 2024.

Menurutnya, diperkenalkannya smartphone Apple pada tahun 2007 dianggap sebagai titik balik karena semakin banyak masyarakat yang mulai menggunakan internet melalui smartphone/ponsel. Seperti apa perdebatan mengenai kecerdasan buatan pada tahun 2024?

Disebut AI generatif, teknologi ini memungkinkan pembuatan teks dan gambar yang menarik dalam hitungan detik.

Hal ini juga melibatkan pembuatan deepfake yang membuat seolah-olah seseorang mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka katakan atau lakukan.

Para ahli khawatir bahwa pemilu tahun 2024 akan menyaksikan tingkat kampanye palsu yang belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti diketahui, tahun ini akan diadakan pemilihan Presiden baru Amerika Serikat, pemilihan Parlemen Eropa dan masih banyak pemilihan lainnya. Di Asia. termasuk di Indonesia.

Ada kekhawatiran bahwa deepfake dapat digunakan untuk mempengaruhi opini publik atau memicu kerusuhan menjelang pemilu.

“Kunci kepercayaan terhadap proses pemilu UE (Uni Eropa) adalah apakah kita dapat mengandalkan infrastruktur keamanan siber dan integritas informasi,” kata Juhan Lepassar, direktur badan keamanan siber UE (ENISA).

Seberapa besar pengaruh deepfake akan bergantung pada seberapa baik perusahaan media sosial berusaha mencegah penyebarannya.

Platform seperti YouTube milik Google atau Facebook dan Instagram milik Meta telah memperkenalkan kebijakan pelabelan untuk konten yang dihasilkan AI.

Tahun ini, baik atau buruknya kinerja mereka masih harus dilihat. Untuk mengembangkan aplikasi AI generatif, perusahaan melatih model komputer dengan teks atau gambar dalam jumlah besar dari Internet.

Hingga saat ini, hal tersebut dilakukan tanpa izin tertulis dari penulis, ilustrator, atau fotografer.

Banyak pemilik hak cipta melihat ini sebagai pelanggaran hak cipta mereka dan memutuskan untuk memperjuangkannya.

Pada akhir Desember 2023, The New York Times mengumumkan akan menggugat OpenAI dan Microsoft. Surat kabar tersebut menuduh kedua perusahaan di balik ChatGPT menyalahgunakan jutaan artikel.

OpenAI digugat oleh sekelompok penulis terkemuka Amerika Serikat (AS), termasuk John Grisham dan Jonathan Franzen.

Sidang masih berlangsung di pengadilan. Agen foto Getty Images juga mencari Stability AI, perusahaan kecerdasan buatan di balik sistem pembuatan gambar Stable Diffusion.

Keputusan pengadilan pertama mengenai masalah ini diharapkan akan dikeluarkan tahun ini. Keputusan ini dapat memberikan informasi berharga tentang cara menyesuaikan undang-undang hak cipta saat ini dengan era AI.

Dalam konteks yang disebutkan di atas, para ahli sepakat: ‘Sama seperti sabuk pengaman yang harus dipasang di mobil, teknologi AI juga harus diatur’.

Setelah negosiasi selama bertahun-tahun, UE menyetujui undang-undang AI pada bulan Desember 2023. Ini adalah paket legislatif komprehensif pertama di dunia yang khusus menangani kecerdasan buatan.

Pada tahun 2024, semua perhatian akan tertuju pada apakah regulator Eropa akan menerapkan aturan baru ini. Perdebatan yang lebih sengit terjadi setelah apakah dan bagaimana undang-undang ini dapat diterapkan secara surut.

Kita harus bersiap menghadapi perdebatan panjang di UE dan AS mengenai implementasi praktis undang-undang baru ini,” jelas Leah Steinacker.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *