Titik Kumpul – Banyak mahasiswa Jepang yang menuntut agar universitas mengakhiri semua kerja sama dengan Israel, termasuk penelitian militer, di tengah gelombang solidaritas mahasiswa global untuk Palestina.
Dalam laporan Antara pada Kamis, 16 Mei 2024, mahasiswa pro-Palestina yang berkemah di Universitas Kyoto menyerahkan memorandum kepada universitas tersebut, meminta Rektor Universitas Kyoto Nagahiro Minato untuk secara terbuka mengutuk kekerasan terhadap warga Palestina.
Dalam memorandum empat poin yang dibagikan kepada Anadolu, Asosiasi Universitas Kyoto untuk Mendukung Rakyat Palestina meminta universitas-universitas untuk membatalkan kontrak dengan Universitas Tel Aviv Israel tempat penelitian militer dilakukan.
Memorandum tersebut menyatakan bahwa kami mendesak Universitas Kyoto untuk tidak secara langsung atau tidak langsung bekerja sama, bekerja sama atau mendukung militer Israel dalam tindakannya terhadap warga sipil Palestina.
Langkah-langkah tersebut tidak menghentikan pendanaan penelitian, transfer teknologi atau bentuk bantuan lain yang dapat digunakan untuk memicu kekerasan atau pelanggaran hak asasi manusia, kata memo itu.
Asosiasi tersebut meminta universitas-universitas di seluruh dunia untuk “membantu dan mendukung mahasiswa Palestina” selain mendorong dialog dan pemahaman.
Kami menyerukan Universitas Kyoto untuk menyelenggarakan forum akademik, seminar dan debat yang mendorong dialog dan pemahaman tentang konflik Israel-Palestina.
Dengan mendorong percakapan terbuka dan perspektif yang beragam, kita dapat berkontribusi pada upaya pembangunan perdamaian dan menumbuhkan empati serta saling menghormati di antara siswa dan guru.
Kandidat doktoral dan anggota asosiasi Masashi Kawano mengatakan kepada Anadolu bahwa otoritas Universitas Kyoto menggunakan penjaga keamanan untuk memantau pergerakan mahasiswa dan sering dilecehkan.
“Sejauh ini, situasi di Amerika Serikat atau Eropa belum agresif,” kata Kawano tentang pelecehan terhadap mahasiswa pro-Palestina yang berdemonstrasi di Amerika Serikat dan Eropa.
Kawano mengatakan asosiasi tersebut telah aktif sejak 2019 dan aktivitas utama kelompoknya adalah meneliti dan memutar film tentang Palestina.
Dikatakannya, sejak 10/7 (7 Oktober) setelah situasi memburuk, kami melakukan aktivitas dan demonstrasi.
Protes pro-Palestina juga terjadi di Australia dan Korea Selatan.
Jumat lalu, demonstran pro-Palestina berkumpul dan berdemonstrasi di pusat kota Seoul, ibu kota Korea Selatan. Berteriak “Bebaskan Palestina, Merdeka!”
Sambil memegang spanduk bertuliskan “Hentikan pendudukan Rafah”, para pengunjuk rasa menuntut diakhirinya perang di Gaza.
Sejak 7 Oktober 2023, protes mahasiswa telah mengguncang kampus-kampus di seluruh dunia untuk mendukung Palestina, yang terus-menerus dibombardir oleh Israel. (Gerrick)
Baca artikel trending menarik lainnya di link ini